Banyak keturunan Indonesia
Setelah seminggu kegiatan delegasi di Kedah resmi selesai, saya dan rekan-rekan mengunjungi Malaka yang jaraknya 150 km arah selatan dari KL. Dari Putrajaya Sentral, tambang atau tarif bus rata-rata RM12,50. Di sinilah sejarah Melayu klasik yang masyhur itu dimulai.
Malamnya, ketika berjalan-jalan di sekitar Dataran Pahlawan, seketika haus terasa. Kontan saya mendekati salah satu warung mobil yang menjual minuman dan makanan ringan. “Berapa, encik?” tanya saya.
“Dua ringgit, je. Adik ni asal mane?” katanya. “Saya dari Indonesia, encik”. Encik artinya bapak atau panggilan umum untuk laki-laki. “Oh, kakek saya pun dari Indonesia”, katanya lagi. Ahmad namanya, ia orang Melaka, tetapi berdarah Sumatra.
Baca juga: Bonus Atlet Indonesia di Asian Games 2018 Bikin Orang Malaysia Iri Hati, Duh!
Perkenalan singkat itu mengingatkan saya pada beberapa peserta konferensi di Kedah, mereka warga Melayu Malaysia. Ada yang keturunan Minang, Aceh, Jawa, bahkan Bugis.
Lahir pada bulan yang sama dengan Indonesia, Malaysia (Malaya pada awalnya) sejak tahun 1957 memperingati kemerdekaan dengan bersuka ria. Inggris sebagai penguasa kolonialnya masa itu, meninggalkan Malaya dengan damai.
Wakil Ratu Inggris sendiri hadir menyerahkan watikah atau akta kemerdekaan di Stadium Merdeka.
Sebagian dari perjalanan kemerdekaan negara dapat disaksikan di Muzium UMNO, tidak jauh dari Benteng A Formosa, Kota Melaka, bersama jajaran museum lain seperti Museum Seni Bina, Museum Islam Malaka, Museum Rakyat, Museum Setem (Pos), sampai Museum Dunia Melayu Dunia Islam di sepanjang Jalan Kota.
Tradisi yang diwariskan kemudian yaitu kemeriahan perlombaan, penampilan seni, dan pertunjukan-pertunjukan pada akhir bulan Agustus setiap tahunnya.
Festival kebangsaan
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR