Intisari-Online.com – Salah satu masalah penting yang kerap diabaikan saat naik pesawat adalah telinga tersumbat atau buntu.
Istilah yang tepat sebenarnya “telinga barotrauma”. Keluhan ini bisa menimbulkan komplikasi serius.
Bagaimana bisa terjadi? Gambaran sederhananya begini.
Telinga kita terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah (yang menjadi tempat gendang telinga), dan telinga bagian dalam.
Telinga tengah terhubung ke bagian belakang hidung dan tenggorokan bagian atas melalui lorong yang disebut tabung eustachius. Tugasnya untuk menstabilkan tingkat tekanan udara antara hidung dan telinga kita.
“Tabung eustachi kita buka dan tutup beberapa kali dalam sehari, namun lorong itu sangat kecil sehingga kita tidak benar-benar menyadari bila bergerak dengan benar,” jelas Ana Kim, MD, ahli otolaringologi di ColombiaDoctors Midtown, seperti dilansir dari health.com.
Ketika kita terbang, ada perubahan tekanan barometrik yang cepat, yang menyebabkan jatuhnya tabung eustachius dan mengganggu aliran udara normal dari hidung ke telinga.
Naik pesawat saat kita sakit flu atau sakit kepala lainnya dapat memicu hidung tersumbat yang membuat perubahan tekanan udara menjadi lebih buruk.
Jika kita memiliki telinga aktif atau infeksi sinus, kita akan mengambil sedikit volume udara yang kita miliki di tabung Eustachius saat terbang, sehingga bisa menyebabkan rasa sakit.
Musisi AS, Gwen Steffani pernah mengalaminya. Ia melakukkan penerbangan saat sedang flu. Hasilnya, gendang telinganya pecah karena perubahan tekanan kabin.
Untuk menstabilkan kembali tingkat tekanan udara dan mencegah rasa sakit yang tidak nyaman, kita perlu membuka tabung tersebut.
(BACA JUGA: Di Finlandia, Pengangguran Diberi Tunjangan Senilai Rp7,8 Juta per Bulan)
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR