Anggota-anggota polisi itu mendengarkan nyanyian-nyanyian bocah-bocah heroik itu. Lama kelamaan, tanpa disadari mereka juga ikut bersimpati atas kumandang suara hati kaum “pemberontak cilik" itu.
Baca juga: Kisah Ho 229, Pesawat 'Siluman' Adolf Hitler yang Melampaui Zamannya tapi Berakhir Tragis
Akibat aksi bocah-bocah itu ternyata mempunyai pengaruh yang diluar dugaan Stoyadlnovic. Sesudah berlangsung beberapa hari, seluruh penduduk Yugo ikut mengangguk-anggukkan kepalanya.
Ini memang sudah sewajarnya, sebab bangsa Yugo sendiri tidak sudi dijadikan budak Nazi. Dan bocah-bocah '"pemberontak" itu hanya mengulamgi apa yang telah mereka dengar dirumah, dari orang-tuanya masing-masing.
Lagipula, anak-anak yang masih belum dinodai oleh godaan korupsi dll kebusukan duniawi, meaggaungkan kebersihan jiwanya.
Mereka tidak kena disuap, tidak diancam dan-berani mengutarakan pendapatnya secara terus terang.
Baca juga: Memburu Harta Karun Marsekal Rommel Sang Kaki Tangan Hitler
Kebangkitan bocah-bocah Yugo itu merangsang rakyat Jugo untuk segera bangun dari “tidurnja". Rakyat Yugo jadi sadar akan kewajibannya dan segera bertindak.
Aksi anak-anak yang baru berumur 9—10 tahun itu dan sanggup membangkitkan semangat perlawanan bangsa Yugo terhadap Nazi Jerman, oleh koresponden perang AS Robert St. John di namakan “Pemberontakan Popok".
Aksi yang semula dianggap remeh itu, ternyata berhasil menggulingkan pemerintahan pengkhianat Stoyadinovic. Menurut para peninjau, ini adalah hasil dari persekutuan perwira-perwira. Ada pula yang mengatakan, aksi itu berhasil berkat usaha Kolonel Donovan yang waktu itu berada di Belgrado sebagai wakil pribadi Presiden Roosevelt.
Katanya, Donovan berhasil membujuk Raja Peter supaya bertindak sesuai dengan kepentingan Sekutu.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR