Dari se jarah perkembangan olahraga bulutangkis internasional itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada umumnya bangsa Asia memiliki berbagai gerak dan ketangkasan yang memungkinkan mereka menguasai olahraga tersebut serta mencapai tingkat prestasi yang tinggi.
Dengan bakat-bakat jasmaniah itu pemain-pemain di benua ini dalam waktu singkat dapat memperkembangkan permainan sampai pada tingkat yang setinggi-tingginya. Tentunya faktor-faktor lain seperti kesanggupan, ketekadan, dan kesempatna juga berpengaruh.
Dalam situasi dan kondisi yang sama (seperti bentuk jasmaniah, kesempatan berlatih dan bertanding dsb) umumnya pemain-pemain kita dapat mencapai tingkat yang sama tingginya dengan pemain-pemain Eropa inipun dalam jangka waktu yang lebih pendek serta dengan cara yang Iebih mengesankan.
Di samping keterampilan, faktor-faktor jasmaniah seperti kecepatan, daya-reaksi yang cepat dan peka kelemasan sendi-sendi terutama pada pergelangan tangan, merupakan bakat-bakat dan pembawaan yang khas pada sebagian besar bangsa-bangsa Asia.
Bahwa diantara pemain-pemain bangsa Eropa justru pemain-pemain Denmark berhasil menempatkan dirinya pada tingkat teratas di dunia sesudah pemain-pemain Asia kiranya itu bukan suatu kebetulan saja.
Pertama-tama dapat dikemukakan sistem pendidikan jasmani di negeri itu. Di Denmark latihan-latihan jasmani yang dijalankan secara teratur, penuh kesadaran dan keyakinan, telah membentuk manusia-manusia baik pria maupun wanita yang lebih cekatan, lebih lemas pada sendi-sendinya, dan lebih trampil daripada rata-rata lain-lain bangsa Eropa yang iklim dan letak negaranya hampir bersamaan.
Salah satu orang yang mempunyai peranan besar dalam sistim latihan jasmani yang demikian efektif di Denmark sekarang ini adalah almarhum Niels Bukh.
Tokoh olahraga yang berasal dari keluarga petani itu, menyadari kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pemuda-pemuda petani antara lain kakunya sendi-sendi dan berbagai bagian otot-otot yang telah menjadi pendek-pendek dan kaku pada pemuda-pemuda petani itu, diperpanjang dan dilemaskan lagi, sehingga pada akhirnya fisik mereka dapat digunakan untuk latihan-latihan dan pekerjaan lain.
Baca juga: 5 Hal yang Belum Anda Ketahui Tentang Bulutangkis, di Antaranya Senar Raket dari Perut Kucing
Sebagian besar dari latihan-latihan yang dewasa ini masih dilakukan oleh atlit-atlit dalam warming up, berasal dari karya Niels Bukh almarhum.
Disamping ketrampilan yang diperoleh berkat sistim latihan jasmani, di Denmark kesempatan merupakan faktor yang penting dalam menghasilkan pemain-pemain bulutangkis yang mahir dan tangkas.
Dalam bukunja “Bulutangkis bermutu" Ferry Sonneville mengatakan, pada tahun 1958 di Kobenhavn, ibukota Denmark, terdapat perkumpulan-perkumpulan bulutangkis dengan gelanggang tertutup.
Anggotanya berjumlah antara 300 sampai 1000 orang. Setiap malam mereka itu dapat berlatih secara teratur, dibawah pengawasan pelatih-pelatih ahli.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR