Intisari-Online.com - Baru empat bulan menjabat, Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah banyak mengeluarkan kebijakan tidak populer. Yang paling terbaru Donald Trump memecat Direktur FBI James Brian Comey.
Soal pemecatan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin tak banyak bereaksi, soalah-olah bilang “bodo amat”.
Sekadar informasi, pemecatan Comey ini terkait kegiatan FBI yang sedang menyelidiki tim pemenangan pemilu dari kubu Donald Trump (2016) yang dicurigai telah melakukan konspirasi dengan Moskow.
(Baca juga: Jeruk Lemon atau Jeruk Nipis Tak Ada Bedanya, Dua-duanya Efektif Membakar Kalori)
Putin yang bahkan tidak tertarik dengan pemecatan Comey itu sebenarnya mudah disimpulkan pemikirannya karena selama ini AS dan Rusia sesungguhnya masih merupakan musuh bebuyutan.
Sikap permusuhan AS vs Rusia itu terlihat jelas ketika militer AS melancarkan serangan menggunakan rudal-rudal Tomahawk ke Suriah.
Atas serangan rudal yang menurut AS untuk memberi "pelajaran" karena Suriah telah menggunakan senjata kimia kepada rakyatnya sendiri, langsung dikecam oleh Rusia.
Militer Rusia yang telah menggelar sistem pertahanan udara di Suriah dan di kapal-kapal perang yang sedang siaga di Laut Mediterania bahkan mengancam akan menembak jatuh jet-jet tempur AS jika berani melancarkan serangan ke Suriah.
Atas ancaman Rusia itu, militer AS akhirnya tidak berani melancarkan serangan lagi ke Suriah.
Sewaktu militer AS melancarkan serangan ke teroris ISIS yang bersembunyi di Afghanistan menggunakan bom MOAB, Rusia juga tiak begitu tertarik dengan serangan menggunakan bom dari segala bom itu.
Rusia bahkan sesumbar, militernya juga memiliki bom yang lebih dahsyat dibandingkan bom MOAB dan masih dalam keadaan tersimpan.
Dalam parade militer untuk memperingati Hari Kemenangan (Victory Day) pada minggu kedua Mei 2017, Rusia bahkan memamerkan rudal-rudal antarbenua (ICBM) yang bisa dimuati hulu ledak nuklir dan bisa "digunakan untuk menyerang AS".
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR