Baca juga: Saat Seks Dijadikan Senjata Propaganda Selama Perang Dunia II
"Bagian mana dari Celebes?" tanyanya lagi seraya mengulurkan kepalanya mendekat seakan tak sabar menunggu jawaban.
Ketika saya. Jawab, Manado, ia berteriak, sebelum akhirnya mendongakkan kepala sambil memejamkan mata. Selama beberapa detik ia diam.
"Apakah Anda pernah ke Manado?" Kini giliran saya yang heran, mustahil di sudut kota New York ini ada orang yang kenal daerah Minahasa.
Dengan mata berbinar-binar, ia memegang bahu saya dan mengajak duduk di atas gulungan karpet.
"Saya akan ceritakan, kenapa sampai kenal Manado."
Saya belum pemah ke Manado, dalam arti menginjakkan kaki di sana.
Tapi saya tahu persis Manado dan udara. Saya adalah pilot pembom B-25 saat PD II yang ditempatkan di sebuah landasan terbang di Irian Jaya.
Tugas saya membom pertahanan Jepang di Kalimantan dan Sulawesi.
Masih ingat di kepala saya, setiap kali habis membom Balikpapan, kami kembali ke markas melalui Manado dan menjatuhkan satu-dua bom di sana.
Kami menghancurkan jembatan, dan bangunan yang diduga markas Jepang Saya hafal Manado dan sekitarnya, deretan pohon kelapanya serta gunung-gunungnya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR