Apartemen yang dimaksud tanpa mebel, tanpa fasilitas hunian. Kecuali lemari es dan peralatan memasak, dua kamar tidur, kamar tamu, dan dapur kosong.
Supaya irit untuk melengkapi peralatan rumah tangga, kita harus memiliki "mata keranjang sampah."
Istilah ini saya peroleh dari Arief dan Leila Budiman saat mereka kuliah di Harvard University.
Kultur Amerika adalah kultur sekali pakai, buang. Tiap pergantian musim, tak jarang kita temukan meja, kursi, kasur danalat rumah tangga lain dibuang di samping trotoar menunggu truk pengangkut sampah.
Dengan "mata keranjang sampah" kita dapat berburu barang yang diperlukan. Tinggal, mampu atau tidak kita menggotongnya ke dalam rumah.
Baca juga: Berniat Menghanguskan Amerika, Jepang Serbu dengan Kirim Ribuan Balon Api pada Perang Dunia II
Pembom PD Il di toko karpet
Penghuni kawasan Brooklyn ini kebanyakan imigran baru dari Eropa Timur, Asia terutama Cina dan Korea, Meksiko serta pendatang dari Italia dan Yahudi Eropa.
Tak aneh bila terdapat restoran Cina, toko pizza, toko sayuran milik orang Korea, toko karpet dan pasar swalayan milik orang Yahudi.
Beberapa hari lamanya saya tergoda untuk membeli karpet, sebagai penangkal dingin udara New York yang menusuk tulahg.
Suatu hari, di tengah keraguan antara keterbatasan uang dan pentingnya benda penahan dingin tersebut, saya beranikan diri masuk toko karpet.
"Seiamat datang. Apa kabar?'' sambut si pemilik toko ramah.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR