Kebetulan, ketika itu Sofian sedang dalam masa kritis. Maka, tanpa pikir panjang, Idris dibantu beberapa kerabat langsung menyiapkan berbagai hal.
Dari menyingkirkan perabot di rumah, mengabarkan ke kantor, sampai memesan pada petugas pemakaman agar segera membuat liang lahat.
Namun begitu Idris mengontak istrinya yang sedang menjaga Sofyan di rumah sakit, "Ternyata kabar itu tidak benar. Istri sampai kaget dan menanyakan dari mana berita itu muncul. Soalnya, saat itu Sofian masih di ruang ICU. Tim dokter juga menegaskan, Sofian tidak meninggal."
Apa boleh buat. Liang kubur yang sudah digali di pemakaman Tegal Alur pun terpaksa ditutup kembali atas permintaan Idris, "Saya pun sudah minta maaf kepada para penggali kubur, para keluarga, dan atasan saya yang tentu sudah sempat ikut direpotkan," tutur Idris.
Kendati peristiwa ini sempat merepotkan banyak pihak, namun Idris menyatakan tak mau mengusut siapa yang menyebarkan berita kematian palsu itu.
"Kami tak ingin memperpanjang masalah. Cukup kami jadikan pelajaran saja agar lebih berhati-hati. Teman-teman Sofian pun memperketat penjagaan."
Terancam Cuci Darah Seumur Hidup
Sofian termasuk satu dari sekian mahasiswa Usakti yang selamat setelah tertembak, meski mengalami shock akibat perdarahan hebat.
Demikian diungkapkan dr. Anthio Kuswanto, anggota tim dokter di Bagian ICU RS Sumber Waras.
"Hasil rontgen terhadap Sofian sesaat setelah kejadian, menunjukkan adanya penimbunan darah di paru-paru kanan. Kemungkinan akibat pembuluh darah besar ke paru-paru terkoyak peluru," jelas Anthio.
Dengan tertimbunnya darah di paru-paru, Sofian kesulitan bernapas. Tak lama keinudian nadinya melemah dan napasnya mulai berhenti.
Namun, melalui berbagai upaya medis yang dilakukan tim dokter, Sofian dapat melewati masa krisis.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR