Misalnya di sektor jasa ini adalah pelayaran dari luar negeri sehingga butuh dolar.
Ini terjadi dari dulu sampai sekarang sehingga kebutuhan dolar di dalam negeri cukup tinggi untuk membayar jasa perusahaan asing yang jasanya digunakan untuk perdagangan internasional.
Ini yang harus dikurangi.
Menurut pandangan kami, kita harus memanfaatkan kebijakan yang ada di dunia seperti One Belt One Road (OBOR) disatukan dengan poros maritim Indonesia.
Ini bisa mengurangi pembayaran dolar di sektor jasa.
Dari dulu jasa dalam negeri belum siap juga ya untuk menopang perdagangan internasional?
Tidak selalu karena bukan masalah siap atau tidak siap perusahaan dalam negeri, tapi pelaku usaha selalu melihat dari sisi ekonomisnya.
Misalnya dari sisi pelayaran, belum tentu perusahaan dalam negeri lebih murah dari perusahaan pelayaran global yang melayani perdagangan antar negara.
Di sinilah diplomasi perdagangan kita harus bergerak untuk menekan defisit di sektor jasa dalam current account.
Misalnya kita memperkuat pelabuhan yang paling dekat dengan jalur OBOR atau jalur perdagangan dengan 64 negara yang dimotori China.
Apakah Priok atau di Kalimantan dan Sulawesi?
Sehingga pemerintah akan memprioritaskan industri yang ada di sekitar pelabuhan tersebut.
Neraca perdagangan kita dengan China masih negatif sehingga OBOR harus dimanfaatkan untuk mempersempit defisit neraca perdangan.
Bahkan seharusnya bisa seimbang, tidak defisit lagi.
Dan China kita tahu juga membawa uang mereka.
Tidak harus membangun di Jawa dalam konteks OBOR ini, mengapa tidak di luar Jawa yang dekat dengan jalur OBOR. (Bambang Priyo Jatmiko)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rupiah Terus Melemah, Simak Penjelasan Dua Ekonom Ini"
Baca juga: Lulus dari 4 Jurusan Kuliah Ini Dijamin Mudah Dapatkan Kerjaan
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR