Advertorial

Harga Kondom Jutaan Rupiah, Berhubungan Intim dengan Aman Jadi 'Kemewahan' bagi Warga Venezuela

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-online.com - Krisis dan hiperinflasi, yang dalami Venezuela menyebabkan negara tersebut kekurangan barang kebutuhan dasar.

Salah satu hal yang paling memilukan di sana adalah harga alat kontrasepsi yang sangat mahal, hal ini berdampak pada hal-hal negatif.

Seperti Aborsi, tingkat kehamilan remaja yang sangat tinggi hingga HIV merajalela di negeri tersebut.

Dikutip dari Mercadolibre via Reuters, orang-orang Venezuela misalnya berbelanja pasokan pendek, salah satu barang yang dibelinya adalah kondom.

Baca Juga :Hubungan Intim 'Salah Tempat', Pasutri Tak Kunjung Punya Anak, Bahkan Sang Istri Masih Perawan

Nah, uniknya harga kondom tersebut sangatlah mahal, 36 bungkus saja memiliki harga sekitar USD 755 (sekitar Rp11 Juta).

Jika diuraikan harga satu pak alat kontrasepsi, maka memiliki harga USD 16 (sekitar Rp233 ribu) hal itu menjadi permasalahan tersendiri bagi negara yang kini dirundung krisis ini.

Alat kontrasepsi juga menjadi suatu barang yang sudah sulit dijumpai di Venezuela,dan hanya bisa ditemukan di pasar gelap, harganya juga mengganda sebanyak 3 kali lipat.

Ketika produk ini tersedia, banyak orang Venezuela yang berjuang membelinya dan menjualnya dengan harga tinggi yang tidak dapat dijangkau oleh kebanyakan orang Venezuela.

Baca Juga :Mengapa Strategi Perang Genghis Khan Disebut Sebagai Satu-satunya yang Jauh Melampaui Zaman?

Sulit untuk melacak dampak yang terjadi dari kelangkaan kontrasepsi terhadap orang-orang Venezuela.

Selama beberapa tahun, pemerintah Presiden Maduro juga menolak untuk merilis statistik mengenai kehamilan remaja dan kekerasan domestik.

Meskipun kurangnya data resmi, organisasi seperti PLAFAM dan StopVIH mengkhawatirkan hal terburuk yang terjadi akibat kelangkaan alat kontrasepsi ini.

Misalnya, kehamilan remaja, tingkat HIV, dan aborsi ilegal semuanya akan meningkat sebagai akibat dari kekurangan dan biaya mahal tersebut.

Baca Juga :Xiaomi Poco F1 Dianggap Jadi 'Tamparan Keras' Untuk Smartphone Kelas Atas, Kenapa?

Menurut laporan PBB pada 2015, Venezuela adalah negara dengan tingkat kehamilan tertinggi di Amerika Latin.

Angka tersebut terhitung pasca keruntuhan harga minyak 2014 silam yang membuat perekonomian Venezuela mengalami krisis hebat hingga kini.

Lalu, pada 2016, Menurut PLAFAM, hampir 25 persen dari semua kehamilan di negara terjadi pada gadis dengan usia 12 hingga 19 tahun.

Kurangnya alat kontrasepsi juga diperkirakan memiliki dampak ekonomi jangka panjang, dengan jumlah gadis hamil dan lebih cenderung untuk putus sekolah.

Baca Juga :Gara-gara Sapi Diusir, Dua Kelompok Warga Bentrok, 1 Tewas dan 8 Luka-luka

Karena tidak dapat menggunakan kontrasepsi juga membuat banyak wanita dalam bahaya dengan meningkatkan jumlah orang yang mencoba untuk melakukan praktik aborsi ilegal.

Sementara wanita di Venzuela juga mengalami kesulitan dalam menghindari kehamilan yang tidak diinginkannya.

Situasi ini sangat mengetikan, mengingat munculnya virus Zika yang mewabah di sana, hal itu menyebabkan cacat lahir pada bayi.

Polemik yang terjadi akibat harga alat kontrasepsi yang mahal ini telah menjadikan berhubungan intim dengan aman menjadi sesuatu yang mewah.

Terlepas dari itu semua, organisasi seperti PLAFAM dan Stop HIV terus berupaya memberikan alat kontrasepsi secara gratis, namun mereka juga terkendala keterbatasan dengan pasokan yang sangat minim.

Artikel Terkait