Baca juga: Pria Tanpa Kaki Mendaki Gunung Paling Berbahaya di Cina
Saat penumpang akan turun, dilakukan hal sebaliknya, kepingan logam diminta kembali, lalu diselipkan dalam map, ditukar kembali dengan karcis asli.
Menjelang tempat tujuan, ada pengumuman, kopor dan barang lain mulai boleh dikeluarkan dari balkon. Penumpang lain banyak yang membantu menurunkan kopor dari rak atas.
Objek kunjungan di Changsun adalah Movie City. Tempat sederhana itu ternyata hanya untuk membuat film dokumenter, misalnya cara membuat film mengenai tabrakan kereta api. Kami sempat diajak menonton upacara perkawinan Cina.
Untung, upacara berlangsung singkat karena tontonan dilakukan di udara terbuka dalam cuaca amat dingin.
Baca juga: Jadi yang Pertama di Dunia, Cina Menyediakan Trotoar Khusus Pengguna Ponsel
Istana Puyi, kaisar terakhir Cina, menjadi pilihan wisata berikut. Istana bertingkat dua itu sangat sederhana, karena saat itu ia sudah menjadi boneka Jepang.
Di dalam istana terdapat banyak foto kenangan, piano, kolam ikan kecil, dan ikan koi milik permaisuri Puyi. Di luar istana tampak gundukan bungker.
Karena penerbangan ke Beijing baru sore hari, kami berkesempatan ke Jinlin, yang terkenal dengan embun membeku di daun pohon, yang sering disebut sebagai salah satu keajaiban dunia.
Sayangnya, keajaiban itu hanya bisa dinikmati kalau cuaca betul-betul dingin dan tidak ada angin. Kami termasuk yang tidak beruntung.
Baca juga: Ben McMahon, Tiba-tiba Fasih Berbahasa Cina Setelah Bangun dari Koma
Setelah mengunjungi Sungai Sing Hua Siang, yang entah mengapa tidak turut membeku, dan menonton bebek berwarna berenang-renang, kunjungan berikutnya adalah peternakan rusa. Setiap Mei tanduk mereka dipotong untuk dibuat afrodisiak bagi kaum pria.
Selain rusa, ada beberapa binatang lain dalam kandang-kandang kecil. Misalnya, mink hitam yang terkenal dengan bulunya yang indah. Konon binatang yang sedikit lebih besar dari kucing itu galak sekali.
Saat makan siang kami dilayani bak raja. Ada 28 hidangan, termasuk sarang kodok yang dimasak manis yang konon membuat kulit halus. Setelah itu masih ada waktu untuk mampir sebentar di suatu tempat lain di mana orang bisa naik kereta ditarik anjing untuk jarak lebih jauh. Sayangnya, tidak ada waktu untuk mencobanya.
Pengalaman kecil yang cukup menarik adalah saat seorang teman mendapat masalah ketika ingin mencuci tangan setelah makan berondong jagung. Karena airnya dingin bukan main, ia pun mencoba mencuci dengan salju. Herannya, salju itu terasa seperti pasir.
Setiba di Beijing di malam hari deretan lampion di sepanjang jalan menuju hotel marak menyambut. Wajar saja, karena saat itu menjelang Cap Go Meh (dua minggu setelah perayaan Tahun Baru). Indah sekali.
Esoknya suhu masih minus 6oC. Salju yang menyelimuti daun cemara membuat Beijing tampak putih bersih. (I – Intisari Agustus 2001)
Baca juga: Cina Lahirkan Buah Pir Mirip Wajah Bayi
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR