Sepatu itu terbukti amat berguna selama perjalanan beberapa hari berikutnya. Esoknya kami mengunjungi istana kuno sebelum terbang ke Harbin.
Baca juga: Kepercayaan Cina yang Menular ke Korea: Letak Makam Menentukan Rezeki Anak Cucu
CD setebal 0.5 cm
Sekeluar dari lapangan terbang Harbin, pemandu wisata langsung menggiring kami ke toko yang menjual pakaian hangat. Pasalnya, malam hari kami akan menyaksikan Ice Lantern Art Show.
Kami membeli keperluan tambahan yakni celana dalam yang tebalnya 0,5 cm dan harus langsung kami kenakan.
Untuk mengenakan celana itu, bukan main susahnya, karena celana itu kecil, padahal ukurannya all size. Berkat bantuan pramuniaga celana itu berhasil dirangkapkan pada celana yang sudan kami kenakan.
Baca juga: Xiamen, Kota di Cina yang Gila Olahraga!
Hebatnya, celana itu tidak sampai robek walau tidak terdapat ritsluiting atau kancing. Saya pun membeli semacam kniedekker panjang seharga 20 yuan yang di bagian dalamnya dilapisi kapas yang mudah lepas. Ini diperlukan karena baju hangat saya terlalu pendek.
Barang lain yang saya butuhkan adalah sarung tangan mirip kepunyaan pemain baseball dan tutup kepala ala ninja yang dilengkapi klep. Mantel yang banyak dijual di sana terbuat dari semacam kain parasut yang diisi sehingga menjadi serupa kasur yang menggelembung.
Ini pelajaran baru. Pakaian dalam dan luar dari wol, sarung tangan kulit, mantel pinjaman waktu main ski di Swis beberapa waktu lalu, dan sepatu tertutup dengan dasar karet ternyata tak cukup memadai untuk melawan tusukan hawa dingin Harbin.
Di malam hari pahatan es berbagai ukuran dengan lampu warna-warni di dalamnya tampak indah. sekali. Pahatan yang lebih kecil pun tampil tak kalah cantiknya dengan yang besar.
Baca juga: Sumeria dan Cina, Kiblat Tulisan Barat dan Timur
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR