Pada 1856, banyak ternak telah mati, dan Xhosa percaya bahwa kematian itu disebabkan oleh santet.
Baca Juga: Meski Berbahaya dan Mengancam Nyawa, Ternyata Sebegini Gaji per Bulan si Pemerah Bisa Ular
Sarhili, Pimpinan penting Xhosa diyakinkan akan kebenaran nubuat Nongqawuse.
Kemudian Sarhili memerintahkan orang-orang untuk mematuhi perintah para roh itu hingga tak tersisa barang sebutir jagung pun.
Dalam periode sepuluh bulan, Gcaleka dan klan Xhosa lainnya membunuh ternak mereka (diperkirakan bahwa Gcaleka membunuh sekitar 300.000 hingga 400.000 ekor sapi)
Tak hanya itu, mereka juga membakar seluruh area pertanian hingga tak ada lagi yang mereka miliki kecuali keluarga.
Baca Juga: Hanya 13 Jam Usai Ucap Janji Suci, Wanita Ini Harus Menyaksikan Suaminya Meninggal
Nongqawuse meramalkan bahwa janji leluhur akan terpenuhi pada 18 Februari 1857, ketika matahari akan memerah.
Namun, pada hari itu matahari terbit dengan warna yang sama setiap hari.
Awalnya, pengikut Nongqawuse menyalahkan mereka yang tidak mematuhi perintah itu, tetapi mereka kemudian berbalik melawannya.
Nongqawuse kemudian ditangkap oleh Inggris di dekat Sungai Mbashe dan dipenjara di Pulau Robben, dekat Cape Town.
Setelah beberapa tahun, dia dikembalikan ke sebuah peternakan di distrik Alexandria di Eastern Cape dan meninggal tahun 1898.
Baca Juga: Selalu Gunakan Pesawat Tua, Jepang Tawarkan Teknologi Pesawat Baru Kepada Jerman dan Prancis
Source | : | The Vintage News |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR