Itu yang membuat Hatta marah dan membentak, “Apakah itu janji dan perbuatan seorang samurai?! Dapatkah seorang samurai menjilati sepatu lawan yang telah memenangkan pertempuran?! Kami bangsa Indonesia akan tetap berjuang, apa pun yang akan terjadi. Kami akan menunjukkan kepada tuan-tuan bagaimana seharusnya sikap seorang samurai.”
Suasana kalut. Rencana kemerdekaan yang sudah di depan mata terancam mentah lagi. Para pemuda yang sudah tidak sabar ingin segera memberontak dengan risiko berhadapan dengan pasukan Jenderal Nishimura.
Soekarno, Hatta, dkk. ternyata tidak gentar. Mereka bahkan cukup cerdik berlindung pada Laksamana Maeda dengan risiko membenturkan kedua pemangku kebijakan Pemerintah Jepang di Djakarta itu.
Malam itu juga teks proklamasi dirumuskan di rumah Maeda. Hatta mendiktekan, Soekarno yang menulis. Soekarni mengusulkan perubahan tapi ditolak oleh beberapa wakil golongan muda yang juga hadir.
Praktis forum itu menjadi seperti Panitia Persiapan Kemerdekaan. Waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari, Jumat 17 Agustus 1945.
“Oleh karena keadaan mendesak memaksa kami harus mempercepat perumusan proklamasi kemerdekaan,” kata Soekarno.
Baca juga: Saksi Bisu Sejarah Proklamasi Nasib, Bagaimana Riwayatmu Kini
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR