Penerbangan rahasia
Pukul 05.00, sebuah pesawat udara dengan dua baling-baling tinggal landas dari bandar udara Kemajoran, Djakarta. Para penumpangnya adalah Soekarno, Hatta, dr. Radjiman, dr. Soeharto, Letkol Nomura dari kantor Gunseikanbu Djakarta, Kolonel Sunkichito Miyoshi sebagai penerjemah, dan beberapa orang Jepang.
Tujuannya, meski hanya sedikit orang yang tahu, adalah Dalat, kota wisata di Vietnam yang dijadikan markas tentara Jepang Wilayah Selatan. Penerbangan itu bersifat rahasia mengingat Sekutu mulai mendesak dan banyak orang memusuhi Soekarno.
Tapi tokoh-tokoh nasional itu sesungguhnya juga tidak tahu apa yang dikehendaki Marsekal Terauchi dengan mengundang mereka.
Siang hari sampai di Singapura, yang waktu itu masih bernama Syonanto, dan disambut Mayor Jenderal Shimura, perwira staf Markas Besar Militer Wilayah Selatan, untuk singgah sebentar. Menurut catatan Hatta, “Selepas tengah hari, rombongan kami langsung melanjutkan penerbangan menuju Saigon.”
Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, Soekarno merasa mereka sudah hampir sampai. Namun pemandangan ke bawah tertutup awan dan kabut tebal menyelimuti wilayah pendaratan. Apalagi suasana gelap. Pilot tak berhasil menemukan landasan dan memilih sebuah padang rumput untuk pendaratan darurat.
Terjadilah guncangan keras yang tak hanya membuat semua barang jatuh berserakan, tapi tubuh dan kepala para penumpang juga terbentur-bentur. Sekelompok prajurit bersenjata menyambut mereka dan menjelaskan posisi tempat itu: 100 km dari Saigon.
Desa itu gelap gulita karena penduduk sengaja mematikan lampu mengingat wilayah itu masuk dalam kancah perang. Cukup lama mereka menunggu di situ sampai beberapa mobil datang menjemput untuk membawa mereka ke sebuah gedung besar bekas kantor Gubernur Jenderal Prancis di pinggiran Kota Saigon.
Mereka kecapekan. “Ternyata waktu menunjukkan pk 02.00 dini hari. Artinya, kita sudah masuk tanggal 11 Agustus,” kenang dr. Soeharto.
Pada pukul 10.00 mereka diantar menuju Lapangan Udara Saigon dan terbang sejauh 350 km ke arah timur laut menuju Dalat. Di kota peristirahatan dengan banyak bangunan elok itu mereka meng-inap semalam.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR