Klekap ialah istilah petani tambak bagi kumpulan ganggang biru, terutama Lyngbia dan Phormidium, yang mula-mula memang tumbuh menempel di dasar tambak tapi sesudah tertimpa sinar matahari terik dan giat berfotosintesis, terangkat ke permukaan air gara-gara diapungkan oleh sejumlah oksigen (hasil fotosintesis ganggang itu) yang tersekap di antara anyaman benang-benang ganggang.
Klekap yang mengapung ini diolok-olok sebagai tahi air. Ikan bandeng yang makan tahi air dekat permukaan ini sudah tehtu bebas lumpur, karena tidak perlu mengaduk-aduk dasar tambak.
Begitu kadar kepayauan tambak itu berubah lebih rendah daripada 15 per mil, (ini terjadi di petakan yang jauh letaknya dari pantai), maka yang tumbuh subur bukan ganggang biru pembentuk klekap tahi air lagi, tapi bermacam-macam ganggang yang lain, antara lain ganggang kersik dan ganggang hijau. Bagi bandeng, itu bukan. makanan kesukaannya.
Perlu dijaga kepayauannya
Bandeng yang tidak menemukan ganggang biru klekap itu akan kasak-kusuk lebih ngeri mengaduk-aduk lumpur dasar tambak. Namun, sia-sia saja mencan klekap.
Celakanya, kalau petakan tambak itu dipupuk hebat dengan kompos dan bahan organik berlebihan, tapi kurang cepat terbongkar menjadi mineral. Timbunan kompos ini bisa ditumbuhi jamur Actinomycetes dan ganggang biru Oscillatoria tenuis yang terlalu lama gentayangan dalam tambak.
Lalu dimakan oleh bandeng yang sia-sia mencari Lyngbia dan Phormidium pembentuk klekap tadi.
Kalau sampai saat dipanen meeka tetap saja sia-sia mengaduk lumpur dalam pencarian nafkahnya sehari-hari, maka yang tertelan mentah-mentah ialah jamur penghasil geosmin yang berbau lumpur itu.
Bau lumpur yang melekat padanya sudah mendarah daging, karena tidak sekadar diserap melalui insang masuk ke peredaran darah saja, tapi juga diserap usus dan merasuk ke dalam daging.
Sia-sia saja ditampung dan dicuci dalam hapa yang ditenggelamkan dalam saluran penampungan. la tetap berbau lumpur.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR