Oleh karena itu umumnya para pilot yang terbang di Papua merupakan pilot-pilot senior bermental baja yang telah mengantongi ribuan atau puluhan ribu jam terbang.
Pesawat yang digunakan dalam penerbangan di Papua juga harus terawat baik, semua instrumen berfungsi maksimal, khususnya pengukur ketinggian terbang dan adanya instrumen berupa radar deteksi cuaca.
Namun, karena cuaca di Papua bisa berubah dalam hitungan detik dan telah menjadi ‘hantu’ para penerbang sejak lama, kadang perubahan cuaca yang sangat cepat itu tidak sempat terdeteksi oleh radar sehingga pilot harus mengandalkan penerbangan secara visual.
Para pilot yang sudah hafal jalur dan medan penerbangan di Papua biasanya dapat menghindari cuaca buruk dengan cara mengambil jalur penerbangan lainnya (alternatif).
Tapi ketika mengambil jalur alternatif itu pilot juga harus memahami ketinggian pegunungan yang menghadang dengan cara terbang pada posisi lebih tinggi.
Sewaktu akan mendarat para pilot di Papua juga mendapatkan tantangan tersendiri terkait cuaca buruk yang datang tiba-tiba.
Apalagi landasan pendaratan di Papua tidak semuanya memiliki ATC (Air Traffic Control) yang berfungsi untuk panduan dari darat.
Dalam proses pendaratan ini para pilot lagi-lagi harus mendarat berdasarkan filing yang sudah diperoleh berdasarkan pengalaman dan paham terhadap medan alam sekitarnya yang bergunung-gunung.
Dengan tantangan alam yang bisa dikatakan sangat ganas itu maka kecelakaan pesawat terbang menjadi sering terjadi di Papua.
Misalnya, jatuhnya pesawat Hercules TNI AU di Kabupaten Jayawijaya pada 18 Desember 2016 lalu, jatuhnya pesawat CASA 212-200 Polri di Sentani, Jayapura, pada 22 Februari 2018 lalu, jatuhnya pesawat Cessna PK-FSO milik maskpai Spirit Avia Sentosa di Wakatobi (12 April 2017), jatuhnya pesawat Trigana Air Service (17 Agustus 2015), dan lainnya.
Terkait jatuhnya pesawat Dimonim Air di Gunung Menuk, Distrik Aerambakon, pada Sabtu (11/8) kemarin, yang menyebabkan meninggalnya delapan orang sebenarnya bisa ditebak penyebabnya.
Jika bukan karena masalah teknis pesawat adalah medan penerbangan yang sulit dan cuaca yang sedang memburuk. Pasalnya para pilot yang terbang di Papua umumnya para pilot senior dan kemungkinan kecil sekali melakukan human error.
Source | : | Kompas.com,Majalah Angkasa |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR