Selain mengembangkan senjata kimian, negara-negara itu juga memikirkan cara paling efektif untuk menyebarkan senjata kimia itu. GA, GB, dan GC bisa diluncurkan lewat mortir, peluru artileri, atau dijatuhkan lewat bom pesawat tempur.
Penyakit neraka
Jika kita mau mendalami lagi, senjata kimia sejatinya tak ditujukan kepada manusia saja. Beberapa di antaranya ditujukan untuk mematikan tanaman—yang paling populer adalah Agent Orange.
Pasukan AS menggunakannya untuk merontokkan hutan belukar yang menjadi tempat persembunyiann gerilyawan Vietcong. Setelah disemprot dengan Agent Orange, semak-semak seperti mengalami kemarau panjang. Terbakar dan mati.
(Baca juga: Waspadalah, dalam Kondisi Perang, Korut Bisa Menyerang Pakai Drone Bersenjata Kimia)
Meski tidak ditujukan langsung, manusia tak berarti bisa lolos dari pengaruh Agent Orange.
Beberapa tahun setelah Perang Vietnam usai, pemerintah AS digugat bekas pilot pesawat terbang yang mengusung gas beracun ini di Vietnam, sebab ia menderita pening yang berkepanjangan dan sering mengalami gangguan pada kedua matanya.
Senjata kimia memang mengerikan. Bayangkan, sudah tahunan perang Vietnam berakhir, toh masih ada yang membawa “penyakit” dari neraka itu. Kengerian seperti itu yang menyebabkan lahirnya Geneva Protocol, pada 17 Juni 1925.
Setelah melihat akibat yang ditimbulkan senjata kimia pada Perang Dunia I, pertemuan yang dihadiri utusan berbagai negara itu sepakat untuk tidak menggunakan senjata kimia dalam keadaan apa pun.
Sayang pernyataan Geneva kurang ampuh. Dengan berkilah tidak untuk menyerang, tapi sebagai pertahanan, sejumlah negara tetap mengembangkan dan memproduksi senjata kimia.
Malah tiga negara; Inggris, AS dan Kanada berikrar saling membantu dalam pengembangan senjata kimia ini.
Padahal PBB dalam konvensinya pada 1972 yang dihadiri anggotanya sepakat untuk tidak memproduksi dan menyimpan senjata kimia.
Tepat satu dasawarsa seteleh konvensi itu, AS malah mengumumkan niatnya kembali membuat senjata kimian. (Walau sebenarnya negara adikuasa ini memang tidak pernah berhenti mengembangkan senjata kimia).
Alasan AS, seperti biasa, karena Uni Soviet (sekarang Rusia) tak pernah berhentimengembangkan senjataini. Meski terus memproduksi, nyatanya AS, juga negara-negara lainnyamengutuk ulah pasukan Irak itu.
Tapi kutukan itu rasanya cemplang. Karena senjata kimia yang digunakan di Halabja, yah dari mana lagi, kalau tidak dari negara-negara yang ramai-ramai mengutuk tadi.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR