Baca juga: Tips Seks: Merangsang Zona Sensitif Seksualnya
Lebih berani
Sementara itu, di kalangan kedokteran tahun 1931 juga telah ditemukan obat stimulan yang dikenal sebagai amphetamina; suatu senyawaan l-fenil-2-amino propana.
la mendorong kegiatan sistem urat saraf pusat kita yang tadinya macet, lalu digunakan oleh para dokter untuk melawan depresi ringan. Pasien saraf yang merasa berkecil hati, murung, susah, putus asa, bahkan takut, karena tekanan batin, bisa menjadi optimis, berbesar hati, riang atau lebih berani mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi mentalnya, setelah diobati dengan itu.
Tapi karena ia mempunyai akibat sampingan 'membuat ketagihan', maka penggunaannya memerlukan kontrol yang ketat dari dokter yang bersangkutan.
Orang tak henti-hentinya mencari obat lain yang lebih bagus. Kemudian sejak tahun 1959 ditemukan sejumlah obat baru yang juga bersifat anti depresi seperti itu, yang dikenal sebagai obat penghambat monoamine oxydase.
Baca juga: Benarkah Makanan Afrodisiak itu Bekerja Sesuai Fungsinya untuk Hubungan Seksual?
Antara lain Isocarboxazid (diperdagangkan dengan nama Marplan), Isonhotinic acid (diedarkan sebagai Niamid), Phenelzhie sulfat (Nardil), dan masih banyak lagi yang lain.
Namun obat-obat modern ini masih saja menimbulkan efek sampingan, berupa rasa kantuk dan pusing, sampai dikira sebagai 'obat bius'. Dipakai secara serampangan, ia menyebabkan penyakit kuning, karena terganggunya tugas hati. Bagi penderita sakit hati, ia tidak boleh dipakai.
Ini pula sebabnya, orang-orang lanjut usia yang karena mengalami masa 'remaja kedua' lalu menggunakan salah satu obat stimulant itu sebagai 'obat kuat', hatinya agak rusak. Lalu dirumahsakitkan
"Kenapa, Bapak kita?"
"Kena levernya!"
Baca juga: Mengejutkan! 20 Persen Pria Heteroseksual Justru Terangsang saat Menonton Film Porno Jenis Ini
Sayang, sampai sekarang masih belum jelas bagaimana cara obat itu menjalankan aksinya dalam badan kita, namun orang memang tidak kekurangan teori.
Salah satu di antaranya ialah bahwa senyawaan itu meningkatkan kadar hormon serotonin dan norepinephrin dalam otak, hingga memperbaiki kerja sistem urat saraf.
Kalau obat stimulan yang sebenarnya diciptakan untuk mengobati pasicn sakit saraf ini disalahgunakan juga sebagai 'obat perangsang', agar gadis calon korban 'lebih berani', waaah, memang ngeri.
Anak malang yang setelah merasa mulai ada gelagat tidak baik dari teman kencannya, lalu berdebar-debar, takut, bisa menjadi tidak takut lagi. Di depan polisi yang menerima pengaduan (setelah semuanya berakhir), biasanya dijelaskan: 'Saya diberi obat perangsang'. Meskipun bukan.
Kealiman yang semula mengekang seseorang agar tidak melanggar pagar ayu kesusilaan, dalam pcrgaulan bebas antar muda mudi, dengan pengaruh obat stimulan itu bisa kendor. Lalu kebablasan.
Mestinya kita harus lebih waspada mengawasi dan melindungi putra-putri kita terhadap bahaya penyalahgunaan obat ini. Putra-putri, yang semestinya bisa menjadi kusuma harapan bangsa. Tanpa cela. (Intisari edisi Agustus 1983)
Baca juga: Tidur Itu Ajaib, Bisa Tetap Kentut dan Terangsang
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR