Karena itu mereka sangat hati-hati, tidak sembarangan memerintah dan menindas buruh-buruh bawahannya. Namun, mengenai tugas dan disiplin kerja mereka bertindak keras dan tegas.
Baca juga: Lewat Teknologi Ini, Anda Bisa Hadir Langsung di Upacara 17 Agustus di Istana Negara
Terlambat masuk jam kerja berulang-ulang atau malas, pasti dipecat dan dipulangkan, tidak pandang bulu, biar orang asing atau bangsa Belanda sendiri juga dikenakan tindakan yang sama.
Pesta makan di tengah laut
Bangsa Indonesia yang bekerja di kapal banyak disenangi para turis, karena ramah dan murah senyum, pintar meladeni apa maunya, sehingga banyak uang tips masuk ke kantung mereka.
Perusahaan kapal pun senang menggunakan tenaga kerja Indonesia, karena upahnya rendah. Kalau tenaga kasar di kapal itu semuanya diganti dengan orang Belanda misalnya, tentu mereka menuntut standar gaji yang berlaku di negaranya, gaji pokok + 1.000 dolar sebulan, sedangkan tenaga kerja Indonesia cukup dengan 200 dolar.
Baca juga: Tepat 17 Agustus, Relawan Mer-C Muhammad Husein Menikahi Gadis Gaza
Buat kita gaji pokok sebesar itu lumayan, lagi pula dapat mengurangi pengangguran di tanah air.
Hari Rabu, 17 Agustus 1983, pukul 07.00, kapal Volendam sudah merapat di Pelabuhan St. George di Pulau Bermuda. Pukul 09.30 kami akan memperingati Hari proklamasi.
Sebulan sebelumnya kami telah berkumpul dan membentuk panitia 17 Agustus. Mereka yang ditunjuk lalu diberi tugas masing-masing dan menyanggupinya. Kemudian dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok yang satu mengatur pesta dan hiburan di malam hari dan kelompok yang lain mengatur program upacara pada waktu detik-detik proklamasi.
Baca juga: Terbit 17 Agustus 2014, Inilah Penampakan Uang NKRI Pecahan Rp100 Ribu
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR