Gardu- gardu ini biasanya didirikan di sudut-sudut atau belokan sungai, dengan tugas mengawasi perahu-perahu atau kapal-kapal yang lalu-lalang di sungai itu.
Seluruh bagian kota, baik yang Utara maupun yang Selatan, dikelilingi oleh parit-parit pertahanan, yang airnya umumnya diambil dari aliran sungai Ciliwung. Karena itu maka kota Batavia terbagi dalam kotak-kotak yang disekat oleh parit-parit pertahanan tadi.
Untuk memudahkan cara pengaturan pertahanannya, maka tiap-tiap benteng, sudut atau "Wambuys" diberi nama. Gardu yang letaknya paling jauh di Selatan, ada di sudut Tenggara, tepat pada belokan Sungai Ciliwung ke arah Timur sebelum sampai di daerah Glodok sekarang. Gardu ini diberi nama Hollandia.
Waktu Kompeni mulai mengetahui adanya gerakan-gerakan pemusatan orang-orang Mataram di luar Batavia, Jan Pieterzoon Coen memerintahkan menggali sebuah parit lagi yang membelah bagian paling Selatan dari kota; bagian di luar parit baru ini kelak terkenal dengan nama "Zuider-Voorstad".
Baca juga: Pertumpahan Darah di Kerajaan Mataram Gara-gara Bapak dan Anak Jatuh Cinta Pada Wanita yang Sama
Selanjutnya, Coen juga memerintahkan membuat tembok di sisi Selatan, tepat di tepi Ciliwung ketika alirannya membelok ke Timur. Pada titik dimana gardu Holandia berdiri dibangun benteng yang menjulang ke atas tembok.
Benteng (bekas gardu Holandia) ini dipimpin oleh komandannya Sersan Hans Maagdelijn, sehingga lalu terkenal dengan nama benteng Maagdelijn.
Ketika Coen melihat puluhan ribu tentara Mataram mulai berkemah di Selatan kota, ia memerintahkan seluruh tepi Barat Ciliwung untuk dikosongkan, di mana di situ juga terdapat kantor dagang pihak Inggeris.Jembatan yang menghubungkan bagian Barat dengan Timur sungai pun dihancurkan.
Serangan Mataram tahun 1628 itu dilancarkan dalam 4 gelombang. Gelombang pertama terjadi pada tanggal 26 Agustus malam dan terus berlangsung sampai pagi harinya. Yang menjadi sasaran utama adalah bagian sisi Barat Ciliwung (yang ternyata telah kosong itu).
Baca juga: Repotnya Menguras Gentong Raja Mataram Tapi Ditunggu oleh Masyarakat Demi Mendapat Berkah
Apa yang kedapatan disitu dibakar habis, termasuk loji Inggris. Karena pagi harinya bala bantuan Kompeni dari arah Kastil segera datang, maka serbuan dapat ditahan.
Gelombang kedua dilancarkan tanggal 11 September. Kali ini juga tidak menghasilkan apa-apa, karena tenggang waktu antara gelombang pertama dan kedua cukup bagi Kompeni memperbaiki apa yang dirasanya kurang.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR