Ketika kediamannya di Pirbright digeledah, ditemukanlah beberapa benda hasil curian, termasuk pasta gigi milik aktor film George Sanders. "Saya suka pasta gigi itu," kata Dowdall. Inspektur Acott memberi tahu Dowdall bahwa ia dituduh juga melakukan sejumlah kejahatan serius lain.
Mendengar itu Dowdall berkata, "Saya senang semuanya sudah berlalu. Sudah lama saya risau, karena kalau sedang mabuk saya suka kalap. Saya sebenarnya ingin ke dokter. Sekarang saya ingin menceritakan kepada Anda semua yang saya ingat."
Dowdall bercerita bahwa tidak lama sebelum Natal 1958 ia minum-minum di West End. Kemudian ia mengajak seorang pelacur yang ditemuinya di Trafalgar Square. Wanita itu memanggil taksi dan meminta mereka diantarkah ke Kilburn.
Mereka tidur di sana. Ketika bangun, mereka bertengkar. Wanita itu mengejeknya sebagai "orang Welsh kecil yang menjijikkan". Ia merasa sangat terhina. Dalam keadaan kalap ia melempar kepala wanita itu dengan jambangan. Wanita itu balas memukul dan mencakar hidungnya. Ia pun merobohkan sang pelacur dan menggebuki kepala wanita itu.
Mick Dowdall diajukan ke pengadilan. Beberapa psikiater dipanggil menjadi saksi ahli. Tahun 1960 ia dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan tanpa direncanakan lebih dulu. Hakim menjatuhkannya hukuman penjara seumur hidup, karena ia dianggap berbahaya bagi masyarakat.
Dari penyelidikan terhadap kehidupan Dowdall, diketahui bahwa sejak kecil ia memang anak yang sulit. Di sekolah ia tidak bisa dikendalikan oleh gurunya. Sekali ia membobol sekolah dan sekali lagi mendobrak kantor pemerintah, sehingga dihadapkan ke pengadilan anak-anak.
Mungkinkah hal itu karena masa kanak-kanak yang tidak bahagia? Orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil, sehingga ia dan saudara-saudaranya harus tinggal di rumah seorang bibi.
Dowdall ingin meniru jejak ayahnya menjadi tentara. Jadi pada umur lima belas tahu ia mendaftarkan diri sebagai penabuh drum di Welsh Guards. Cuma saja, waktu itu ia sudah peminum seperti kedua pemannnya, sehinga sering teler pada saat parade pagi-pagi.
Ia sulit bergaul dan sering diganggu teman-temannya karena penampilannya rapuh dan keperempuan-perempuanan. Supaya orang mau berteman dengannya, ia sering mentraktir.
Kalau sedang tidak berdinas, pakaian premannya bagus-bagus. Temyata pakaian itu dibeli dengan hasil membobol rumah di Chelsea. Ia tidak mempunyai pacar dan cuma berani bergaul dengan wanita-wanita yang sudah menikah, tetapi sering menyombongkan kehebatannya menaklukkan wanita kepada teman-temannya.
Namun, kemudian ada juga seorang gadis perawat yang bersimpati kepadanya. Menurut gadis itu, Dowdall sama sekali tidak kurang ajar. Ia sopan sekali, malah kemalu-maluan ketika menciumnya.
Perihal tanda V dan bulatan pada dua korbannya, menurut para psikiater, hal itu merupakan tanda kemenangan bagi Dowdall. Jangan-jangan ia mendapat ilham dari film No Way To Treat a Lady. Dalam film itu si pembunuh meninggalkan cap bibir pada setiap korbannya.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR