Lalu waktu diadakan rapat pelantikan keesokan harinya, ia minta giliran pertama untuk berpidato. Di hadapan para pembesar Jepang serta para pemimpin Indonesia, ia meletupkan ketidakpuasannya.
Baca juga: Ternyata Indonesia Pernah Bantu Pejuang Afganistan Lawan Uni Soviet Lewat Strategi yang Sangat Rumit
Pidatonya yang berkobar-kobar penuh emosi menyerang sikap para pemimpin Indonesia, terutama Bung Karno. Pidatonya itu antara lain berbunyi sebagai berikut:
" … Bung Karno! Saya kecewa melihat kalian, pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia. Kalian selama ini menganjurkan kepada kami seluruh rakyat Indonesia, untuk membantu dan bekerjasama dengan pihak Jepang.
Ternyata bangsa yang kita bantu itu tak lebih dari bangsa penjajah yang menindas bangsa kita sendiri. Mereka hidup makmur dan mewah, seolah-olah berada di negaranya sendiri dan seperti tidak dalam keadaan perang.
Sementara bangsa kita hidupnya begitu miskin, papa dan tertindas! Sekarang saya tahu, kenapa kalian selama ini berdiam diri saja. Karena kalian sudah dibungkam dan mabuk oleh kemewahan yang diberikan Jepang pada kalian.
Baca juga: Para Pejuang yang Berjuang Bersenjatakan Buku
Makan enak, tidur di kasur empuk, dikasih mobil, rumah dan seterusnya. Saya kecewa padamu, pada kalian. Saya tidak tahu, kalau begini sikap kalian, siapa yang akan memimpin bangsa Indonesia apabila kelak kita merdeka!... "
Selama Sutomo berpidato suasana hening sekali. Ketegangan menggantung di ruang rapat. Tak ada yang bersuara, karena masing-masing merasa seperti dltampar mukanya.
Orang-orang Jepang itu merasa takjub melihat seorang pemuda kurus, tingginya tak lebih dari 160 senti dan umurnya baru 25 tahun, begitu berani memaki-maki para pembesar Jepang dan pemimpin-pemimpin Indonesia lainnya.
Wajah mereka merah-padam menahan marah. Tapi tak ada yang berani bertlndak. Pada saat itulah terbersit dalam hati Sutomo: "Ya. Ternyata mereka pun tidak berani bertindak padaku. Jadi, sebenamya keberanian hanya soal kesempatan bertindak "
Baca juga: Pejuang di Belakang Layar (1)
Source | : | Majalah HAI |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR