Intisari-Online.com- Ahli bedah plastik mengatakan bahwa mereka telah memperhatikan munculnya sebuah tren yang sekaligus menjadi gangguan mental.
Disebut Snapchat dysmorphia, gangguan mental muncul dalam skala besar menurut sebuah penelitian baru dari Boston University School of Medicine.
Dilansir dalam The Hill, Senin (6/7/2018), para peneliti ungkap banyaknya permintaan pasien operasi plastik yang ingin terlihat seperti versi dirinya dalam media sosial.
Tepatnya setelah foto asli diri diedit dengan filter canggih yang dipopulerkan pada aplikasi smartphone seperti Snapchat atau Instagram.
Baca Juga: Usai Ijab Kabul, Pria ini Harus Ikhlas Istrinya Meninggal Dunia Beberapa Jam Kemudian
Akademi Amerika untuk Bedah Plastik dan Rekonstruksi Wajah ungkap bahwa pada 2017, 55 persen ahli bedah melaporkan bahwa motif pasiennya lakukan operasi tak lain agar terlihat lebih rupawan saat 'selfie.'
Menurut Washington Post, jumlah itu meningkat 13 persen dari tahun sebelumnya.
Lebih jauh, para peneliti juga mencatat bahwa seringkali keinginan para pasien itu tak dapat dicapai.
Tak hanya itu, filter foto atau aplikasi itu jelas membuat kabur batas garis realitas dan fantasi.
Neelam Vashi, seorang profesor dermatologi mengatakan bahwa kadang pasiennya ingin setiap postingan fotonya di mana pun setiap saat memperlihatkan dirinya yang 'sempurna' dengan efek yang sama.
Bagi Vashi itu adalah hal yang tidak realistis.
Para peneliti mengidentifikasi Snapchat dysmorphia (istilah yang diciptakan oleh dokter kosmetik Inggris) sebagai versi gangguan dismorfik tubuh (BDD).
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR