Baca juga: Sanggupkah 'Gigi Naga' Ini Perlambat Pergerakan Tank Besar pada PD I?
Mereka juga punya tank T-14 Armata, yang didesain untuk membunuh tank-tank NATO, tapi tidak laku juga.
Tidak lakunya produk-produk militer Rusia ini mungkin disebabkan turunnya harga minyak, mungkin juga karena sanski AS.
China berlari sangat liar
Soal perlengkapan militer, China dulu sangat bergantung pada Rusia.
Dari situ China berhasil membangun dasar yang kuat dalam membangun kekuatan militernya menjadi yang terbesar di dunia—melampuai saudara tuanya itu.
China, bukan Rusia, menjadi negara pertama yang menjawab dominasi AS dalam hal pesawat siluman dengan Chengdu J-20.
China juga berlari sangat kencang dalam hal perangkat lunak dan komputasi.
Sama seperti Putin yang ingin menambah luas wilayah geografis negaranya, China juga melakukan hal serupa.
Negara ini ingin memperluas wilayah lautnya dengan membangun benteng militer di Laut China Selatan dan terus melakukan klaim-klaim di sana.
Baca juga: Di Pusat Penelitian Chengdu Anda bisa Menemui 15 Bayi Panda nan Menggemaskan
China dulu membeli kapal induk Soviet untuk dijadikan sebagai kapal pelatihan. Sekarang, mereka punya rencana membuat tiga atau lebih kapal serupa untuk menguatkan kekuatan di laut.
Rusia, di sisi lain, harus menangguhkan satu-satunya kapal induk sampai 2022.
Cina, sekali lagi bukan Rusia, telah menjadi mimpi buruk bagi AS. Dan dengan populasi sepuluh kali Rusia, dan ekonomi yang digadang-gadang bisa menyalip AS, memang layak mendapatkan predikat itu.
Rusia kerap mencapai tujuan-tujuan politiknya dengan “bersandar” di negara-negara satelitnya yang lebih kecil. Sementar China, mereka hendak melawan AS secara terang-terangan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR