Dalam kelompok yang pertama dalam iring-iringan misalnya ialah kelompok Mahapatih Gajah Mada, dengan jumlah kendaraannya sebanjak 400 buah, tanda yang dipakai adalah bunga Pulutan putih.
Kelompok kedua yang mengiring Rajapatri di Pajang, Putri Isywari, yaitu adik perempuan sang raja Hayam Wuruk, mempergunakan tanda Handiwa, yaitu sejenis pohon palem.
Baca juga: Inilah Celengan Majapahit Tertua di Dunia, Bukti Abad 14 Telah Menggunakan Koin
Dalam kelompok Bibi sang raja, yaitu kelompok keempat, digunakan sebagai tanda bunga yang bernama Sadaliakusuma, dengan warna hijau dan kuning-emas.
Kelompok keenam adalah kelompok sang raja Hayam Wuruk sendiri. Kelompok ini dibagi menjadi tiga sub-kelompok, yaitu: sub-kelompok isteri-isteri dan selir-selir raja beserta segenap dayang-dayang dan inang pengasuhnya, sub-kelompok sang raja sendiri dan sub-kelompok para abdi dalem kerajaan beserta para pengawal raja.
Tanda bagi kelompok ini adalah buah Maja, dengan warna untuk kelompoknya: merah, emas, merah-putih, dan hitam-putih.
Arti tanda dan warna
Tanda dan warna yang dipakai untuk masing-masing kelompok tidaklah sembarangan saja dipilih, sebab tanda dan warna dipandang dari segi simbolisme mengandung arti yang dalam yang berhubungan erat dengan alam semesta sebagai kosmos.
Baca juga: Musik Krumpyung, Musik yang Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit, Namun Kini Miskin Penerus
Karena manusia pun sebagian dari kosmos, maka tanda dan warna itu dapat mempengaruhi kehidupan manusJa.
Bunga Pulutan putih (Urena lobata) menurut kepercayaan dahulu dianggap sebagai tempat semayamnya Dewa Gana, yaitu dewa diantara para gajah. Disini jelas sekali apa sebabnya kelompok Gajah Mada mempergunakan tanda bunga Pulutan putih.
Handiwa atau sejenis “sugar palm" adalah pohon Aren (Arengapinnata Merr.). Kecuali daun bunganya yang disadap dijadikan minuman keras, dan buahnya yang dimakan sebagai kolang-kaling, daun pohon Aren pun kadnag-kadang dipakai sebagai piring untuk makan.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR