Advertorial

Tak Hanya Manusia, Gajah di Flores Juga Tumbuh Menyusut, Kok Bisa?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Mentari DP

Tim Redaksi

Jadi, kekuatan misterius apa yang ada di pulau Flores, Indonesia sehingga dapat mengecilkan tubuh manusia?
Jadi, kekuatan misterius apa yang ada di pulau Flores, Indonesia sehingga dapat mengecilkan tubuh manusia?

Intisari-Online.com- Pada 2003, para peneliti di pulau Flores, Indonesia, menemukan fosil spesies Homo floresiensis (manusia kecil dengan otak seukuran simpanse).

Mereka sempat berpikir bahwaspesies ini merupakan hasil kawin silang antara manusia modern yang lebih tinggi dan Homo floresiensis yang pendek.

Namun 15 tahun kemudian, studi tentang DNA menjawab bahwa asumsi itu salah.

Lebih jauh, studi mengungkap bahwa manusia (hominin) terlebih dahulu tiba di Flores dan kemudian tumbuh menyusut lebih pendek.

Baca Juga:Perilaku 'Sadis' Raja-raja Mataram saat Meminta Berkah dari Nyai Roro Kidul

Namun tak hanya berlaku bagi manusia, penelitian lain menunjukkan bahwa gajah juga tiba di Flores dua kali, dan dua kali pula spesies ini berevolusi menjadi kurcaci.

Jadi, kekuatan misterius apa yang ada di Flores sehingga dapat mengecilkan tubuh?

Dilansir dari New York Times, Kamis (2/8/2018), ketika fosil Homo floresiensis pertama kali yang diperkirakan berusia 13.000 terungkap, beberapa peneliti mengidentifikasinya sebagai tulang milik manusia modern dengan gangguan pertumbuhan.

Sementara yang lain berpendapat, itu adalah evolusi dari Homo erectus yang lebih tinggi.

Pada 2007, Herawati Sudoyo, seorang ahli genetika di Institut Eijkman untuk Biologi Molekuler di Indonesia membawa sampel fosil Homo floresiensis ke Dr. Green di Jerman untuk diteliti.

Kemudian mereka ungkap bahwa Neanderthal melakukan kawin silang dengan 1% DNA manusia non-Afrika berasal dari hominin yang hilang.

Para peneliti juga menemukan spesies denisovan, yakni cabang hominin yang terpisah.

Denisovan dan manusia juga melakukan kawin silang.

Hasilnya bahwa orang yang hidup di Asia Timur, Australia, dan Pasifik Selatan masih memiliki DNA denisovan.

Baca Juga:Hanya karena Cinta, Gadis Cantik Rusia Ini Sudi Nikahi Pekerja Tambang Miskin Asal China

Pada 2013, Dr. Green dan Dr. Sudoyo mengunjungi desa Rampasasa dekat gua di Flores.

Dengan persetujuan etua desa, Dr. Sudoyo dan Gludhug A. Purnomo, seorang asisten peneliti, mengambil sampel air liur dari 32 penduduk desa.

Setelah itu mereka juga menyadari bahwa Homo floresiensia pertama ternyata telah berusia 60.000 tahun.

Penemuan ini sekaligus menunjukkan ketidakmungkinan perkawinan silang yang terjadi antara hominin dan Homo floresiensis.

Para peneliti menemukan bahwa sebagian kecil dari DNA penduduk desa Flores berasal dari Neanderthal atau denisovan.

Namun sebagian kecil tak dapat dicocokkan dengan hominin, Neanderthal atau Denisovan.

Dr Tucci kemudian menyimpulkan bahwa penduduk desa Rampasasa bukan keturunan Homo floresiensis.

Para ilmuwan pun tidak dapat mengetahui pasti alasan spesies-spesies di sini terus tumbuh menyusut.

Tapi yang pasti, setelah mereka datang ke Flores, tubuh mulai berevolusi menjadi sangat pendek.

Baca Juga:Sering Dianggap Mitos, 'Naga' Ini Ditemukan di China dalam Bentuk Fosil

Artikel Terkait