Akibat perjuangannya itu menyebabkan Sjahrir ditahan, dijebloskan kedalam penjara kemudian diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Bahkan sewaktu permulaan revolusi fisik dahulu, Bung Sjahrir pernah hendak ditembak dengan pistol oleh tentara Nica, dan kediaman resminya di Pegangsaan Timur 56 pemah dilempari granat, untung Sjahrir nyaris dari maut.
Baca juga: Menyusuri Makam Tua Sepanjang Tepi Danau Toba, Ada Pusaranya Pahlawan Nasional Juga Lho
Sebelum Indonesia Merdeka, Sjahrir berkorban dan hidup menderita untuk kemerdekaan bangsa dan tanah airnya yang dicintainya. tapi anehnya sesudah Indonesia Merdeka, Bung Sjahrir juga berkorban dan menderita dalam alam kemerdekaan.
Hampir-hampir jasa dan namanya dihapus serta hendak dilupakan oleh lawan-lawan politiknya begitu saja. Seakan-akan Syahrir itu tidak pernah ada, dan tidak mempunyai andil ataupun jasa terhadap Republik Indonesia.
Meskipun lawan politiknya berusaha demikiab, namun Tuhan itu Maha Adil dan Maha Kuasa, bisa berbuata sesuatu menurut kehendakNya. Manusia-manusia boleh merencanakan sesuatu, tapi ketentuan terkahir adalah di tangan Tuhan jua.
Usaha dan tipu muslihat lawan-lawan politiknya ternyata sia-sia juga. Sebab Tuhan tidak meridaiNya.
Berita kewafatannya telah membuka mata para generasi muda — Angkatan '66 — untuk berjuang terus menegakkan kebenaran dan keadilan. Berjuang melenyapkan kezaliman dalam Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Panca Sila ini.
Kepahlawanan Sjahrir, bukanlah pemberian ataupun hadiah, akan tetapi itu memang sudah menjadi hak dan miliknya, yang telah ditebusnya dengan pengorbanan dan penderitaan, di masa kolonial maupun di masa kemerdekaan.
Di masa kolonial dahulu, dihentikannya studinya, lantaran Ibu Pertiwi memanggilnya pulang ke tanah air. Setibanya ditanah air, Bung Sjahrir berjuang dan ditangkap, ditahan serta dijebloskan kedalam penjara, kemudian dibuang ke Boven Digul di Irian Barat dan Banda Neira.
Jepang masuk. Sjahrir dibebaskan. Tapi Sjahrir tidak tinggal diam, berjuang dibawah tanah menentang fasis Jepang.
Baca juga: Menyeramkan! Selama 40 Tahun Ada Peluru Bersarang di Tubuh Pejuang Kemerdekaan Ini
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR