Kedua keadaan itu termasuk keadaan gawat yang perlu pertolongan segera dan bisa mengancam jiwa.
Aktivitas tinggi
Padahal ibadah haji memerlukan ketahanan fisik prima. Untuk thawaf dan sa'I misalnya, seorang jemaah akan menempuh jarak 4 - 5 km. Makin jauh jarak dari Kabah saat thawaf, makin besar pula lingkaran yang harus dikitari.
Berarti, makin jauh pula jarak yang harus ditempuh. Apalagi dalam suasana ramai dan padat, bisa saja seorang jemaah terdesak oleh jemaah lainnya.
Jarak pondokan jemaah dengan mesjid bisa mencapai 0,5 – 1 km, bahkan lebih. Kalau dalam sehari Anda pulang-pergi ke mesjid sebanyak 3 - 5 kali untuk salat berjamaah, bisa dihitung sendiri berapa jarak yang harus ditempuh.
Belum nanti saat pelaksanaan puncak ibadah haji, ketika Anda akan melontar jumrah di Mina. Jarak antara tempat melontar dan kemah jemaah sekitar 2,5 km, berarti pulang-pergi Anda akan berjalan 5 km.
Anda akan berada di Mina selama tiga hari untuk yang mengambil nafar awl atau empat hari untuk yang mengambil nafar tsani.
Semua itu memerlukan tenaga ekstra melebihi tenaga yang biasa Anda keluarkan sehari-hari. Dengan pengerahan tenaga tambahan ini berarti diperlukan tambahan kalori dalam makanan.
Bagi penderita diabetes hal itu perlu diperhatikan. Jumlah kalori yang masuk dan keluar harus seimbang. Ini penting, agar Anda jangan sampai jatuh dalam keadaan hipoglikemi.
Hipoglikemi (keadaan di mana kadar gula dalam darah sangat rendah) dapat mengancam jiwa, bila tidak cepat tertolong. Keadaan itu dapat dikenali dari gejala-gejala yang timbul. Seperti keluar keringat dingin, tangan gemetar, rasa lapar, lemas, jantung berdebar-debar, seperti bingung, kesadaran menurun, sampai pingsan, terkadang disertai kejang.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR