Intisari-Online.com - Pria itu mengajak saya menuruni tangga menuju sebuah ruangan dengan pencahayaan redup, di Monumen Nasional.
(Siapa Sangka, Makan Es Krim ketika Sarapan Bagus untuk Kesehatan Mental dan Kewaspadaan)
Ruangan itu berada tiga meter di bawah permukaan tanah. Dinding serta lantainya dilapisi batu marmer dan memiliki luas 80 x 80 meter.
Baru sebentar berjalan, ia berhenti sambil menunjuk ke sebuah kotak kaca.
Di dalam kotak tersebut terlihat diorama seorang pria paruh baya terbaring di atas kasur dengan memakai piyama hijau tua dan kain sarung motif kotak-kotak berwarna kuning.
(BJ Habibie: Didorong Soekarno Ditarik Soeharto)
Di sisi sebelah kanan tempat tidur, duduk tiga orang pria berpakaian dinas kemiliteran. Ketiganya mengarahkan tatapan kepada pria yang tengah terbaring, seolah mendengarkan arahan.
"Itu diorama yang selama ini selalu menjadi perhatian dan diributkan," ujar Nur Samin, staf Pelayanan dan Kehumasan Kantor Pengelola Kawasan Monumen Nasional, yang mendampingin saya siang ini.
Sehari-hari, dia menjadi pemandu para pengunjung yang mengunjungi Museum Sejarah Monas.
Di tempat itu, tersimpan 51 peragaan sejarah (diorama), yang mengabadikan periode kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, masa perjuangan kemerdekaan, hingga masa pembangunan Orde Baru.
Menurut Nur Samin, diorama yang dikisahkannya merupakan penggambaran salah satu peristiwa terbitnya Surat Perintah 11 Maret 1966.
Diorama itu mengisahkan tiga jenderal, yakni Basuki Rahmat, Amirmachmud, dan M Jusuf, mendatangi Soeharto yang sedang terbaring sakit di rumahnya di kawasan Jalan Haji Agus Salim, kemudian menyerahkan Surat Perintah 11 Maret dari Soekarno.
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR