“Bahkan, ketika mereka kembali bekerja pun tidak seproduktif sebelumnya,” ujar Evans-Lacko, seperti dilansir dari The Guardian.
Tapi apakah semua bos menghindari berbicara atau tidak peduli dengan karyawannya yang depresi?
Untung saja tidak.
Para karyawan di Meksiko sebagian besar melaporkan bahwa bos-bos mereka kerap menawarkan untuk membantu mereka yang depresi. Besarnya 67 persen.
Di Inggris juga cukup menggembirakan, angkanya 53 persen.
Negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan China angkanya justru membuat miris. Jepang 16 persen, Korea Selatan 30 persen, dan China 27 persen.
Yang paling bahagia adalah karyawan-karyawan di Denmark.
Mereka bilang, hanya 2 persen dari bos-bos mereka yang acuh terhadap pekerja yang derepsi. Wow!
“Kami ingin para pengusaha (termasuk bos-bos) menciptakan lingkungan di mana para staf merasa dapat berbicara secara terbuka tentang masalah mereka, dan tahu jika mereka melakukannya mereka akan bertemu dengan orang yang memberi dukungan dan pengertian, bukan stigma dan diskriminasi…,” tambah Evans-Lacko.
Meski Indonesia bukan negara yang menjadi target penelitian, kasus-kasus seperti ini paling tidak bisa menjadi bahan perenungan bagi para bos; bahwa Anda sangat berarti bagi karyawan!
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR