"Kini ia tinggal di sebuah desa kecil tanpa sepeserpun" katanya dalam surat itu dan puterinya terus tanya ayahnya. Dalam surat-surat pada suaminya Nyonya Goering tidak pernah mengeluh tentang kemiskinannya. Dua bulan setelah permintaan itu ia diberi ijin mengunjungi suaminya.
Apapun orang mengatakan tentang Goering, saya tidak dapat melupakan kedua insan ini, yang hidup terpisah. Gambaran waktu mereka saling berjumpa lagi dan bicara melalui jeruji rapat.
Pada malam tanggal 14 Oktober 1946 saya diminta untuk mengambil tindakan keamanan yang ketat.
Alat-alat kayu untuk membuat tiga tiang penggantungan akan dimasukkan diam-diam dalam penjara dan dipasang dalam ruangan latihan olahraga penjara.
Harus dirahasiakan betul agar orang-orang yang dihukum mati tersebut jangan tahu menahu tentang peristiwa itu. Kapan mereka akan digantung akan diberi tahu pada saat terakhir.
Pelaksanaan harus dilakukan dengan cepat karena mereka tentu sudah sangat tertekan jiwanya.
Untuk mengetahui bahwa beberapa jam lagi akan mati sudah seram, Iebih-lebih kalau harus tahu beberapa hari sebelumnya. Karena itu mereka baru akan diberi tahu malam-malam kalau pakaiannya dimasukkan kedalam sel.
Supaya orang jangan curiga, malam sebelum tiang penggantungan dipasang telah diadakan permainan basketbal antara dua kesatuan serdadu Amerika. Yang tahu tentang saat penggantungan itu hanya saya dan dua perwira dari komisi sekutu.
Penjaga, malam itu harus bekerja keras. Setiap orang dalam sel pasti mendengarnya. Lama setelah pemain basket meninggalkan lapangan, team esekusi masuk melalui lubang dinding kayu yang khusus dibuat dalam terowongan penghubung.
Dalam ruangan olahraga mereka mengadakan persiapan. Mereka membuat pintu masuk besar dalam dinding ruangan yang tidak menghadap penjara. Narapidana pasti tidak tahu tentang masuknya tiang penggantungan tersebut.
Usungan-usungan untuk menggotong mayat sudah disiapkan. Demikian pula truck yang akan mengangkut mereka. Kemudian mulai "sandiwara yang ngeri". (Quick)
Baca juga: Di Blok Maut Kamp Konsentrasi Nazi Ini Rambut Para Korban yang Tewas Dijadikan Bahan Tekstil, Sadis!
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR