Aletta, gadis cilik berumur 8 tahun itu, selalu “mengomel” setiap kali mendapati orangtuanya belanja terlalu banyak di supermarket.
Dia meminta ibunya untuk mengambalikan sebagian barang-barang itu ke etalase toko. “Hemat, hemat…,” begitu kata gadis kelas 2 SD ini kepada sang bunda.
Di rumah, jika orangtuanya lupa mencabut kabel dispenser atau penanak nasi, dia juga selalu ngomel. Dan dengan pede-nya dia “berceramah” soal pemanasan global atau hemat energi pada ibunya. Begitu pula ketika melihat orangtuanya terlalu sering main gadget.
Baca juga: Pelanggaran Berlipat dari 'Anak Zaman Now' yang Terjaring Razia Polisi, Apa Saja Kira-kira?
Mawesti (29), sang ibu, mengakui perilaku Aletta mengingatkan kebiasaan buruk orangtuanya ini cukup efektif. Padahal ia tidak pernah menyuruh buah hatinya berbuat demikian.
“Mungkin itu pengaruh dari bacaan atau paparan gurunya di sekolah,” kata perempuan yang bekerja di sebuah lembaga penerbitan buku di Yogyakarta ini.
Apa yang dilakukan Aletta sebenarnya juga kerap dilakukan anak-anak lain. Bimbim Slank, misalnya, mengaku berhenti merokok karena sering ditegur anaknya yang masih bocah.
Tiga tahun lalu ketika dia masih merokok, anaknya selalu menulis “You are not smoking anymore”.
Alissa Wahid menengarai efektivitas perilaku anak mengingatkan kebiasaan buruk orangtua ini sebagai hal yang wajar.
“Sudah pasti anak punya kekuatan karena dia ‘harta’ paling berharga,” kata Alissa.
Tapi kalau dilakukan lewat rekayasa, orangtua malah akan kehilangan kredibilitas. Ini bahaya.
“Lain halnya jika pesan itu disampaikan secara spontan. Itu artinya penyampaian pesan lewat anak tersebut bermakna positif,” jelas Alissa. (Rusman Nurjaman – Intisari Mei 2013)
Baca juga: Kenali dan Deteksi Dini Kanker pada Anak untuk Memperbesar Penyembuhan
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR