Hanya saja, salah satu keunikan hiu paus di kawasan ini adalah mereka sering muncul di permukaan laut. Khususnya di dekat bagan (jaring terapung) dimana ikan-ikan ini mencoba “memungut” ikan-ikan kecil yang ada di jaring.
Nah, keunikan tersebut juga membuat hiu paus menjadi salah satu daya tarik utama wisata di kawasan Teluk Cenderawasih. Banyak turis dalam dan luar negeri yang ingin melihat atau bahkan berenang langsung dengan hewan yang meski berbadan besar, tidaklah berbahaya.
Sayangnya, kondisi ini pula yang membuat hiu paus rentan untuk “dieksploitasi” oleh para wisatawan. Salah satunya dengan cara menaiki hiu paus, seperti yang terlihat pada foto-foto yang diunggah oleh Merry Costavina Yoweni.
Bagaimana seharusnya berinteraksi dengan hiu paus?
Untuk mengetahuinya, mari kita simak leaflet “Petunjuk Berinteraksi dengan Hiu Paus” yang dibuat oleh WWF berikut ini:
* Snorkeler harus menjaga jarak untuk memberikan ruang kepada hiu paus; 2 m dari tubuh hiu paus dan 3 m dari ekornya.
* Snorkeler harus mengikuti instruksi pemandu.
* Snorkeler harus masuk ke dalam air setenang mungkin.
* Maksimal 6 orang dengan 1 pemandu dalam 1 grup (total 7 orang).
* Pemandu turun ke air pertama kali diikuti dengan para tamu. Di dalam air, pemandu berperan sebagai pemimpin grup yang harus memperhatikan dan siap membantu semua peserta.
* Durasi berinteraksi dengan hiu paus maksimal 60 menit untuk tiap grup.
* Boleh menggunakan kamera, namun dilarang menggunakan flash.
* Dilarang mengeluarkan suara keras, melakukan gerakan yang mendadak, dan mencipratkan air yang dapat memprovokasi/mengganggu hiu paus.
* Penggunaan scuba dibatasi. Maksimal 2 pengguna scuba dalam 1 grup. Namun, dihimbau utnuk tidak menggunakan scuba.
Berikut ini leaflet lengkapnya:
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR