Angka ini belum termasuk warga Indonesia yang melakukan kunjungan ke negeri itu untuk pelbagai keperluan, apakah untuk bisnis maupun menempuh pendidikan, yang jumlahnya sekitar 36.500 (lihat tabel).
Yang menarik, berdasarkan data Kementerian Pariwisata Israel, seperti dikutip Jakarta Post, rerata turis Indonesia di Israel membelanjakan dana sekitar US$ 310 per hari dan US$ 1.600 selama di Israel.
Artinya mereka membelanjakan sekitar Rp4,4 juta sehari dan Rp22,5 juta selama berada di Israel. Jika disetahunkan, belanja sebanyak 36.300 turis Indonesia yang berkunjung ke Israel nilainya mencapai Rp816,75 miliar. Nilai yang tidak sedikit untuk devisa negara.
Alternatif kunjungan
Sekadar catatan, larangan masuk bagi warga Indonesia yang ingin berkunjung ke Israel sejatinya merupakan tindakan balasan.
Seperi kita tahu, pada Mei 2018 pemerintah Indonesia menolak permintaan visa yang diajukan oleh 53 warga Israel yang ingin berkunjung ke Indonesia. Hanya saja, hingga saat ini pemerintah Indonesia tidak pernah memberikan penjelasan alasan penolakan itu.
Namun, buntut ketegangan dan saling balas tindakan diplomatik ini jelas merepotkan pelaku bisnis wisata yang membawa turis ke Israel.
Sebab dengan kebijakan negeri itu melarang masuknya warga Indonesia, membuyarkan rencana yang telah mereka susun, bahkan juga berdampak buruk bagi bisnis mereka.
“Tapi doa kami larangan itu bukan cuma ditunda, tapi dicabut selamanya,” ujar Rio. Selama ini Rhema Tour yang dipimpin Rio kerap membawa umat Katholik dan Kristen untuk mengunjungi situs-situs bersejarah di Israel-Palestina.
Nah, untuk peserta tour yang akan berangkat selepas bulan Juni, Rio pun hanya bisa memberikan pengertian mengenai kondisi yang terjadi.
Ada dua alternatif yang ditawarkan oleh Rio. Pertama mengalihkan tujuan wisata ke Mesir dan Yordania, atau menunda perjalanan sabil menunggu keputusan pasti jadi atau tidak penutupan pintu bagi turis Indonesia.
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR