Setelah 17 tahun kemudian, saat anak sudah duduk di bangku akhir SMA, biaya uang tersebut bisa mencapai Rp645,7 juta, mengingat inflasi pendidikan yang tinggi.
Ilustrasi di atas menggambarkan investasi ke biaya pendidikan anak.
Baca juga: Hari Pertama Sekolah, Waspadai 5 Hal yang Bisa Mengganggu Kesehatan Mental Anak Anda Ini
Setiap orangtua dapat menghitung dana pendidikan melalui bank maupun manajer investasi.
Hitung dana mulai masuk kuliah ini, lalu tambahkan 10 persen per tahun.
Dari situlah diketahui angkanya, lalu kemudian dapat menyicil biaya setiap bulan sekali.
Orangtua setidaknya menyisihkan uang tabungan Rp2,6 juta per bulan atau investasi Rp203 ribu per bulan.
Dengan catatan, tabungan memiliki bunga dua persen, sedangkan return investasi terutama reksadana saham bisa mencapai 25 persen.
"Kalau ingin high return tapi high risk ya reksadana saham, kalau konservatif reksadana pasar uang, atau deposito," lanjutnya.
Sementara itu, dana kesehatan juga dirasa perlu. Tetapi jika kesehatan orangtua dan keluarga ditanggung oleh kantor, asuransi kesehatan tidak begitu penting.
"Asuransi kesehatan membuat kita merasa secure, tapi cek lagi prosedurnya."
Begitu pula dengan unitlink, sebuah instrumen investasi sekaligus proteksi yang lebih baik dipisahkan, antara investasi dan proteksi. (YDS)
Baca juga: Remaja Ini Terpaksa Melahirkan di Jalan Setelah Diusir Orangtua dan Ditolak RS
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR