Surat itu ditandatangani Taro Usami. Tinggal 2 hari lagi waktunya untuk memenuhi permintaan. Tanggal 11 Desember pagi, Yumiko menelepon ke kantornya memberi tahu ia akan datang terlambat. Pukul 09.10 ia mendorong pintu bank cabang tempatnya menyimpan uang.
Perusahaan Sanei mentrasnfer gaji dan bonus ke bank-bank tempat karyawannya memiliki rekening. Bonus akhir tahun Yumiko sudah masuk ke rekeningnya pada tanggal 7 Desember.
la mengisi formulir penarikan uang sebesar ¥100 ribu dan meminta uang itu ditransfer ke rekening no. 821-5613 di Bank S. Ketika ia meninggalkan bank itu dilihatnya seorang pria di seberang jalan, Akira Atsuta, Kepala Departemen Bisnis. la tampak terburu-buru dan pucat. Walaupun bukan detektif, Yumiko bisa menebak bahwa mestinya Atsuta pun menerima surat pemerasan yang anggun dari Usami.
Barangkali saat ini ia sedang akan melaksanakan yang diperintahkan kepadanya. Yumiko berpikikir-pikir,"Apa ya, yang pernah diceritakan Atsuta kepada Usami?" Dalam hal Yumiko, yang ia ceritakan tak lain daripada kisah hubungan gelap antara pria berkedudukan tinggi dengan wanita berkedudukan rendah di kantor.
Setahun sebelum pengakuannya, Yumiko jatuh cinta pada Pak S, salah seorang staf ahli teknik. Pak S itu sudah beristri dan mempunyai beberapa orang anak. Sejak semula sudah jelas bahwa ia tidak pernah bemiat untuk menikahi Yumiko. Maklum Yumiko sudah kelihatan berumur dan sejak muda memang tidak pernah cantik.
Walaupun Pak S tidak pernah berkata yang manis-manis kepadanya, bahkan kasar, Yumiko tertarik. Suatu malam, setelah keduanya minum-minum cukup banyakdi bar, Pak S berkata, "Rasanya aku tidak bisa pulang. Bagaimana kalau kita menginap di hotel?" Tak lama setelah itu Yumiko mendapati dirinya hamil. Pak S tenang saja, memberinya ¥200 ribu untuk menggugurkan kandungannya seraya berkata, “Hah! Bayaran yang terlalu mahal. Hubungan kita berakhir sampai di sini.”
Betapi sakitnya hati Yumiko diperlakukan demikian. Ia pun pergi ke rumah sakit yang bereputasi buruk dan diperlakukan dengan semena-mena di sana. Yumiko tidak mempunyai siapa-siapa untuk mencurahkan isi hatinya, kecuali Usami yang mendengarkan penuh perhatian. Kemudian ia menerima surat itu. la tidak mempunyai pilihan lain kecuali menuruti perintah.
Bagi mereka yang menerima surat pemerasan, kematian Usami sungguh mengejutkan. Bukan cuma Yokomizo, Misumi, Matsushita, dan ... Shibaura, tetapi juga Atsuta, Nakanishi, Murayamaa, Nakajima....
Tak ada harapan terungkap
Semua merasakan dua hal yang sama. Pertama, mereka mencurigai seseorang membunuh Usami karena marah dan takut melihat tulisan Usami yang miring ke kanan. Kedua, mereka bertekad bulan untuk tidak menceritakan hal-hal yang pernah mereka percayakan kepada Usami dan perihal mereka dimintai uang lewat surat. Kalau salah seorang dari mereka sampai terpaksa mengakui hal-hal itu, ia langsung akan dicurigai sebagai pembunuh Usami.
Enam bulan setelah kematian Usami, tidak ada titik terang yang mengisyaratkan pembunuhnya akan diketahui. Makin lama makin banyak orang yang beranggapan bahwa Taro Usami mestinya bunuh diri. Makin lama semangat para penyidik juga makin kendur. Padahal semangat adalah modal yang tak terkira pentingnya untuk bisa memperoleh pemecahan.
Inspektur Kepala Kimura sudah ingin menutup saja penyidikan. Soalnya, Departemen I yang menangani pembunuhan masih menghadapi banyak kasus lain. Mereka memerlukan banyak tenaga. Sia-sia saja melakukan penyidikan atas kasus Taro Usami yang tampaknya sudah menghadapi jalan buntu.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR