Kimura bahkan menganggap Takahashi dan Kono salah perhitungan. Bunuh diri kok dikatakan pembunuhan!
"Saya tidak keberatan kalau markas penyidikan ditutup," kata Kono. "Saya kira tidak ada fakta lagi yang bakal muncul. Tapi bukan berarti kita mesti menyerah. Ciutkan saja skala operasi dan biarkan saya menanganinya."
"Kau tetap belum mau menyerah?" tanya Kimura.
"Betul!"
"Kepala batu?"
"Bukan. Saya menjalankan kebijakan menunggu."
Akhirnya, Kimura mengabulkan pemintaan Kono. Inspektur itu hanya akan dibantu oleh dua detektif, Shibata dan Kawanishi.
Saling mencurigai
Yumiko Murse, juru tik Sanei, mengajukan surat pengunduran diri enam bulan setelah peristiwa di Happiness Inn itu. Yumiko juru tik top. Jadi, Sanei mencoba menahannya. Yumiko memberi alasan ibunya sudah meninggal, sehingga ia perlu merawat ayahnya yang sudah tua.
Kepada seorang rekan sekerjanya Yumiko berkata bahwa sebenarnya ia tidak menyukai suasana murung di kantor. "Pembunuhan itu tidak terpecahkan juga. Semua orang saling mencurigai. Saya tidak tahan bekerja dalam suasana begini." Mungkin itulah alasan yang sebenarnya.
Sehari setelah ia tidak bekerja lagi, dengan hanya berbekal sebuah koper, ia meninggalkan apartemennya. Peralatan stereo dan TV-nya sudah ia serahkan kepada seorang teman di kantor.
Yumiko melambaikan tangannya ke sebuah taksi dan minta diantarkan ke bandara. Kalau ada teman atau orang sekantornya yang tahu, pasti mereka heran, karena rumah Yumiko terletak di sebuah desa, jauh terpencil di pegunungan. Tempat itu cuma bisa dicapai dengan berkereta api selama tiga jam, lalu disambung dengan bus selama dua jam.
Sejam kemudian Yumiko sudah berada di sebuah pesawat terbang komersial. Ketika lewat jendela ia melihat Kota F menghilang di bawah, ia berkata dalam hati, "Selamat tinggal semua ...." tanpa rasa sesal.
Tempat asal Yumiko begitu kecil, sampai ia tidak tahan tinggal sehari pun di sana. F pun cuma kota di pedalaman, tempat gosip cepat menyebar. Pesawatnya terbang menuju Tokyo, kota besar berpenduduk 12 juta jiwa. Di kota ini mayat manusia bisa terbujur setahun sebelum diketahui oleh tetangganya yang tinggal di apartemen bersebelahan.
Tokyo adalah kota yang baik untuk menyembunyikan diri. Senyum dingin bermain di bibir Yumiko yang hatinya diliputi kebanggaan karena berhasil melaksanakan pembunuhan yang sempurna. Ia menyentuh koper di pangkuannya, yang merupakan imbalan dari pembunuhan itu. Di sana ada empat buku bank. Di belakang angka yang tertera di buku itu terdapat sederet panjang angka nol.
Memanen pohon terlarang
Niatnya melakukan pembunuhan timbul setahun yang lalu, ketika ada desas-desus ia akan menikah. Saat itu terpikir oleh Yumiko: "Usami tahu tentang hubunganku dengan Pak S. Seandainya ia meminta uang untuk tutup mulut, bagaimana? Kalau saya jadi dia sih, saya akan memanfaatkan kesempatan ini."
Ketika pernikahannya batal, Yumiko mengembangkan gagasannya. la pikir, Usami itu laksana pohon duit. la dipenuhi pelbagai rahasia pribadi. Bagi Usami yang kariernya sudah mentok, sebenanya ini kesempatan emas untuk menguangkan pelbagai pengakuan yang pernah didengarnya. Tapi orang itu goblok sekali, menyia-nyiakan kesempatan yang dimilikinya. Begitu pikir Yumiko.
Lantas timbul keserakahan dalam hati wanita yang tidak dicintai siapa-siapa itu. "Kalau dia tidak mau memanennya, aku yang akan melakukannya."
Setahun lamanya ia membuat persiapan. Yang paling sulit ialah meniru tulisan Usami yang miring ke kanan itu. Baru setahun ia berhasil. Langkah kedua ialah menentukan berapa yang mesti ia minta dari setiap korbannya. la memutuskan untuk meminta lebih banyak kepada pimpinan dan tidak sebanyak itu pada karyawan biasa.
Dikarangnya surat yang sederhana dan lugas: "Saya perlu uang. Silakan transfer ... dst." Kenzo Yokomizo dimintainya ¥5 juta. Yumiko sebetulnya buta soal bisnis, tetapi ia merasa curiga kepada Yokomizo yang tampaknya diam-diam merencanakan sesuatu.
Paling akhir ditulisnya surat pemerasan untuk dirinya sendiri. Seluruhnya ia memperoleh ¥32.170.000. Tanggal 17 Desember ia pergi ke bank untuk mengecek rekening atas nama Taro Usami. Ada 13 orang, termasuk dirinya sendiri, yang mentrasfer uang sebanyak yang ia minta. Lewat ATM ia mengeluarkan uang itu seluruhnya.
"Kasihan juga Taro Usami," pikir Yumiko. "Tapi supaya perbuatan itu tidak bisa dilacak, ia mesti mati." Begitulah, ketika pesta akhir tahun sedang seru-serunya, diam-diam Yumiko menaruh koktail berisi racun di hadapan Usami. La sangat berhati-hati agar tidak meninggalkan sidik jarinya.
Ketika pesawat tiba di bandara Tokyo, Yumiko mengusir masa lalunya. "Berhenti memikirkan masa lalu. Masa depan menunggumu!" katanya kepada diri sendiri.
Anda benar, Pak!
Inspektur Kono mendengarkan laporan lewat telepon dari Detektif Shibata yang berada di Tokyo. Kentara sekali Shibata menggebu-gebu karena senangnya. Bunyi laporan itu sebagai berikut: "Kegiatan Yumiko Murase sejak tiba di Tokyo: la mengontrak apartemen di kantor real estat. Apartemennya terdiri atas dua ruang ditambah dapur merangkap kamar makan.
Letak bangunan itu di Shinjuku Ward, 15 menit dari daerah hiburan Kabuki-cho. la menaruh deposit untuk sewa setahun.
Jumlahnya ¥ 500.000. Kemudian ia melakukan perundingan untuk membeli peralatan dan hak mengelola sebuah kafetaria yang terletak tidak jauh dari sana. Seluruh pengeluarannya ¥ 15 juta."
"Padahal keluardari Sanei, karena perlu membayar utang-utangnya, uang pensiun yang dikembalikan kepadanya tinggal ¥ 3 juta. Tampaknya Anda benar, Pak! Yumiko Murase adalah pembunuh Taro Usami."
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR