Untuk menjawab hal ini dari kacamata psikologi anak, Intisari telah menghubungi seorang psikolog anak dan keluarga Mira B. Amir.
Menurut Mira, 'kecanduan' terhadap aplikasi Tik Tok oleh anak-anak di Indonesia ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas dan media hiburan anak-anak di tanah air.
Saat dulu generasi 90-an mengenal berbagai hiburan di akhir pekan seperti film Saras 008, Panji Manusia Milenial, Jin dan Jun, dan puluhan judul film kartun, maka generasi milenial kini tak lagi mengenalnya.
Ketika hiburan di televisi terus tergerus tanpa ada inovasi terbaru khusus untuk anak-anak, inilah yang kemudian jadi incaran para kreator aplikasi di ponsel.
Tik Tok keluar menjadi salah satu alternatif hiburan yang bisa dibilang murah karena hanya bermodalkan internet dan juga bisa diakses kapan saja anak memiliki waktu luang.
Anak-anak, baik generasi zaman old mapun zaman now sama-sama memiliki tekanan dan stres mereka sendiri.
Stres karena tugas-tugas menumpuk di sekolah, stres karena kurangnya kawan bermain di rumah dan stres karena kurangnya waktu serta perhatian dari orangtua untuk mereka.
Lalu, orangtua yang harusnya berperan mengarahkan aktifitas anak-anak di waktu luang malah hanya 'memberi' anak-anak mereka ponsel dan berharap itu cukup untuk menghibur mereka.
Jadi, ketika mereka menemukan hiburan dari Tik Tok, dan khususnya video-video Bowo, salahkah mereka?
"Kebutuhan akan hiburan itu ada pada setiap orang, termasuk anak-anak," kata Mira.
Baca Juga: NASA: Jika Gunung Agung Meletus, Maka Itu Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR