Apalagi, pagi-pagi Kenya dan Tanzania sudah menyatakan "tidak terima tamu" terhadap orang-orang Asia yang diusir ini.
Baca juga: Kisah Ketekunan Yacouba Sawadogo, 30 Tahun Menghijaukan Gurun Gersang di Afrika Barat
Para pengamat meragukan kemampuan orang Uganda untuk dalam waktu singkat menggantikan fungsi mereka sebagai pengendali roda perekonomian.
Sepuluh hari kemudian, keluar aturan tambahan: orang asing yang sudah berwarga negara Uganda pun mesti pergi. Jumlahnya sekitar 23.000 orang.
Sudah tentu orang keturunan asing yang lahir di Uganda kebingungan. Kalau mereka pergi, berarti status mereka akan menjadi tidak bernegara.
Sialnya lagi, India, Pakistan dan Bangladesh (negara asal mereka) pun menolak kedatangan mereka. Idi Amin benar-benar membuat banyak orang pusing.
Kegegeran belum surut, giliran orang asing Eropa yang pening tujuh keliling. Proses nasionalisasi dinyatakan mencakup juga hak milik mereka.
Untuk menghindari penyelundupan uang atau benda berharga melalui pos, Idi Amin memerintahkan pemeriksaan paket-paket tercatat ke luar negeri.
Bisa dimengerti bila keputusan drastis ini menciptakan krisis. Sementara sekitar 90% perdagangan dan industrinya dikuasai orang-orang Asia, orang Uganda sendiri masih sangat agraris.
Orang Uganda itu kurang modal, kecakapan, dan keterampilan.
Negara tanpa hukum
Milton Obote bukannya tidak merencanakan pengusiran orang Asia yang dirasakan terlalu kuat mencengkeram ekonomi Uganda. Tapi ia menargetkan waktu 5 tahun, menanti sampai orang Uganda siap.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR