Intisari-Online.com – Kita mengenalnya dengan istilah kartu nama.
Meski secara internasional, kartu bertuliskan nama dan alamat itu lazim dikenal sebagai kartu bisnis (business card).
Tradisi saling bertukar kartu memang biasa dilakukan dalam dunia bisnis. Terutama sejak maraknya revolusi industri di Eropa, sekitar abad ke-18.
Jauh sebelum dipakai untuk mewakili identitas seseorang, umumnya kartu digunakan sebagai alat permainan.
Terutama di Cina, sekitar abad 15. Kartu dalam bentuk dan ukuran yang kira-kira sama, kemudian populer di Prancis dua abad kemudian, yakni zaman Raja Louis XIV. Fungsinya sebagai kartu tamu.
Baca juga: 7 Ide Kreatif Untuk Kartu Nama, Nomor 6 Bisa Jadi Alat Juga Lo
Pada masa itu, seseorang yang bertamu ke rumah masyarakat kalangan atas, pelayan si empunya rumah akan memberi sebuah kartu.
Tamu harus mengisi nama, kedudukannya di masyarakat, serta pesan kepada tuan rumah. Fungsinya kira-kira saraa dengan buku tamu. Kebiasaan ala aristrokrat ini terus berkembang.
Abad ke-18, di rumah-rumah kaum bangsawan, terdapat wadah kartu yang diletakkan di meja panjang, lengkap dengan alat tulis. Kartu-kartu tamu yang sudah ada akan disusun jadi semacam katalog.
Dari sini muncul etiket tentang kartu kunjungan. Apalagi kalau berkunjung ke rumah seorang perempuan untuk pertama kali.
Setelah tamu mengisi kartu, dia harus duduk manis untuk menunggu persetujuan yang punya rumah.
Tapi hati-hati, selama menunggu jangan coba-coba untuk iseng membaca-baca katalog kartu yang ada. Tindakan itu dianggap tidak sopan.
Dari ciri pada kartu akan dapat terlihat asalnya. Kartu yang dijepit pada bagian kanan atas adalah pemberian dari tamu. Kalau dijepit bagian tengah atas, berasal dari keluarga.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR