"Saya pikir, ini penyakit aneh. Secara medis saya baik, tapi kok saya merasa tak enak dan sampai panas. Setelah berkonsultasi dan saya resapi sendiri, ternyata karena saya terlalu jauh dalam merasakan kepahitan hidup. Seolah, saya berada setiap kepahitan demi kepahitan yang terjadi dalam realitas," tambahnya.
Meski begitu, itu salah satu yang membuatnya tajam menangkap potret sosial politik dan budaya, sekaligus lincah dalam berkarya dan kritik.
"Ya, akhirnya saya sadari dan secara otomatis sakit itu hilang sendiri. Saya sekarang lebih tenang dalam meresapi kepahitan hidup," ucapnya.
Dalam pameran Mediart dengan tema "JO" itu, ia kembali menghadirkan kepahitan hidup yang ia potret.
GM Sudarta memamerkan empat lukisannya berjudul "Keterbukaan", "Condromowo", "Yang Hilang", dan "Ibu Pengungsi".
Semua karya berbicara soal kemanusiaan, kepahitan hidup yang ia potret.
Dia berharap, dengan caranya ia bisa berbuat sesuatu untuk mengurangi kepahitan, memberi penyadaran, juga mencegah agar tak terulang kepahitan yang sama.
Baca juga: Untuk Hormati Sang Maestro, Para Fan di India Rayakan Ulang Tahun Charlie Chaplin yang Ke-129
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR