Saat ini ada 26 orang penderita kanker yang tergabung di dalam komunitas itu. Sebanyak 14 di antaranya adalah anak-anak.
"Ini pertemuan kedua untuk cari solusi untuk masing-masing penyakit. Istilahnya kalau berjuang sendiri itu berat. Kita bisa sembuh dan berjuang," katanya.
Pembina SPKG, Desiyanti menambahkan, dengan adanya keluarga penyintas ini diharapkan bisa memberikan semangat dalam perjuangan melawan penyakit kanker.
Ia sendiri memiliki penyakit kanker tulang yang diidap sejak beberapa tahun terakhir, sehingga memaksanya menggunakan kursi roda.
"Kenapa namanya penyintas, kami tidak ingin dikatakan penderita. Kalau penderita kok kelihatannya menderita banget ya," ucapnya.
Desi mengaku sengaja membentuk wadah agar para penyintas kanker bisa berkumpul dan saling menguatkan.
"Sebagian besar anggota kami orang kurang mampu, kita ingin semuanya bisa kumpul bareng dan berbagi pengalaman, saling menguatkan sehingga tumbuh nilai positif. Sehingga jika ada yang mengalami kesulitan bisa dicarikan solusi," katanya.
Anggota DPRD Gunungkidul, yang tahun depan tidak akan maju lagi dalam pemilu karena kesehatan ini mengaku, berusaha mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan penyintas kanker ini.
"Menguatkan komunikasi dengan pemerintah melalui yayasan kanker Indonesia cabang Gunungkidul, sehingga saudara-saudara kami yang kurang mampu bisa memperoleh haknya, terutama dalam penyembuhan," ujarnya.
Ketua YKI Gunungkidul, Sumedi mengatakan, saat ini YKI Gunungkidul baru saja terbentuk.
Diharapkan ke depan bisa membantu memberikan solusi jika ditemukan masalah penyakit kanker.
"Untuk data (penyakit) kanker masih kita update karena dari dinas kesehatan masih mendata jumlah pastinya," katanya. (Markus Yuwono)
(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Dapat Hati dari Sang Ibu, Bocah Penderita Liver Kronis Akhirnya Bisa Bermain Gembira")
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR