Setelah terkumpul sebanyak satu pon, lemak itu harus diserahkan ke salah satu dari 250.000 tukang daging yang berpartisipasi atau kepada pedagang daging eceran.
Susan Strasser, penulis buku Waste and Want: A Social History of Trash mengklaim bahwa sebagai alat propaganda, program ini terbilang berhasil.
Wanita yang memberikan kontribusi merasa senang menjadi bagian dari upaya perang.
Bahkan jika kontribusi itu agaknya menyerupai tipu muslihat.
Baca Juga: Inilah Zenobia, Ratu Pemberontak yang Memukul-Hancurkan Legiun Romawi yang Legendaris Itu
Jenis bahan peledak yang dibuat dengan lemak semacam itu tidak begitu penting dalam perang, kata Strasser.
Hal ini karene Amerika memiliki banyak sumber daya.
Namun menjaga agar para wanita sibuk dan produktif selama masa perang adalah hal yang penting.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR