Intisari-Online.com- Di sebuah rumah, terlihat seorang anak tengah bertengkar dengan ibunya. Karena merasa tidak bersalah dengan tuduhan sang ibu, si anak langsung meninggalkan rumahnya.
Sayangnya ia baru teringat jika ia pergi tanpa membawa uang selembar pun. Dengan pasrah ia hanya berjalan-jalan di sepanjang jalan kota.
Tak terasa, hari sudah semakin sore. Ia sangat lapar dan ingin makan. Apalagi tidak jauh dari tempatnya berada, ada kedai bakso. Ia ingin memesan makanan tapi tidak punya uang. Alhasil ia hanya duduk di sana.
Ternyata, kehadiran seorang anak yang selalu melirik ke arah kedainya dilihat oleh pemilik kedai itu. Pada akhirnya ia pemilik kedai mendekati sang anak.
“Kau mau makan bakso nak?”, tanya si pemilik kedai bakso.
“Iya pak. Tapi saya tidak punya uang,” jawab si anak malu-malu. Si pemilik kedai tersenyum.
“Tidak apa-apa. Aku akan mentraktirmu,” balas si pemilik kedai. Anak itu sangat senang mendengar jawaban si pemilik kedai. Tapi di sisi lain ia menangis.
Melihat anak itu tiba-tiba menangis, si pemilik kedai pun bertanya, “Mengapa kau menangis nak?”.
“Saya terharu. Bapak sangat baik padaku padahal kita baru saja bertemu. Sementara ibuku, kami bertengar dan membiarkanku pergi dari rumah. Ia tidak peduli padaku,” jawab si anak.
“Mengapa kau berpikir seperti itu nak? Coba kamu renungkan. Aku hari ini hanya memberimu satu mangkuk bakso, tapi lihat ke belakang, ibumu pernah membuatkan mu nasi, bakso, ayam, dan makan-makanan lainnya hingga sekarang. Kau harus berterima kasih kepadanya.”
Jawaban si pemilik kedai pun membuat sang anak tersadar. Mengapa ia tidak berpikir sampai sejauh ini. Mengapa ia berpikir ibunya tidak peduli lagi padanya?
Setelah menghabiskan satu mangkuk bakso, si anak berpamitan kepada si pemilik kedai dan berterima kasih. Ia langsung pulang menuju rumahnya.
Penulis | : | Mentari Desiani Pramudita |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR