KM Ammana Gappa bertolak dari Pelabuhan Lok Tuan, Bontang, Kalimantan Timur, pada 4 Maret 2010. Pada 6 Maret 2010, terjadi benturan dan getaran pada kapal.
Pada bagian haluan, air sudah mencapai ketinggian 30 cm. Alat hisap pompa yang digunakan untuk menguras air di tangki ballast dan ruang muat lebih kecil daripada masuknya air sehingga jumlah air laut yang masuk semakin banyak dan menambah berat kapal.
Akhirnya, air laut yang masuk ke kapal tidak bisa ditangani dengan maksimal. Kapal tenggelam di laut pada kedalaman lebih dari 2000 meter dan seluruh awak kapal selamat.
Proses tenggelamnya kapal memakan waktu sekitar 8 jam. Dokumen-dokumen kapal juga tenggelam.
KMP Windu Karsa bertolak dari dermaga Pelabuhan Penyeberangan Bajoe, Sulawesi Selatan, untuk memulai perjalanan menuju Kolaka, Sulawesi Tenggara pada 26 Agustus 2011.
Kapal tersebut memuat 110 penumpang beserta 29 awak kapal. Kejadian berawal dari air laut yang menggenangi geladak.
Lama-kelamaan ketinggian air telah melewati motor dan mesin kemudi sehingga pompa elektrik hidrolik mesin kemudi tidak berfungsi.
Kapal terus mengalami kemiringan, hingga puncaknya mencapai 90 derajat sehingga sebagian penumpang terjatuh dari geladak akomodasi penumpang.
Akhirnya, kapal tersebut tenggelam pada kedalaman 60 meter. Peristiwa ini terjadi karena ada gangguan stabilitas setelah air masuk ke KMP Windu Karsa.
Sebanyak 91 orang korban telah dievakuasi dan sisanya dilakukan penyelamatan oleh beberapa kapal bantuan dan dibantu oleh TNI AL.
Pada 26 Juni 2013, KM Pemudi bertolak dari dermaga Berlian Utara Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur menuju Nabire, Papua.
Pada 3 Juli 2013, tepat di Laut Banda, kapal mengalami kemiringan 5 derajat. Air laut dari luar masuk ke tangki ballast tersebut mengakibatkan kapal miring ke kanan.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR