"Faktor penyebab terjadinya malnutrisi ganda tak hanya disebabkan kebiasaan makan. Di saat yang sama juga dipicu kegiatan fisik," kata Dr Jee dari UNICEF.
"Penelitian kami menunjukkan, jenis kelamin tidak hanya memengaruhi asupan remaja tetapi juga memengaruhi kegiatan fisik," jelasnya.
Dalam penelitian UNICEF 2017 silam, pihaknya menemukan 10 persen remaja terlalu kurus atau indeks massa tubuhnya rendah, sementara 10 persen lainnya justru kelebihan berat badan.
Salah satu pihak yang dipandang paling bertanggung jawab dalam mengatasi masalah kekurangan gizi ini adalah pemerintah, terutama terkait dengan pendidikan gizi yang seharusnya sudah dimulai sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Baca Juga: 10 Tahun Perempuan Amerika Ini Idap Penyakit Misterius, Baru Terungkap Saat Renovasi Kamar Mandi
"Masalah kebiasaan ini berawal dari masa sebelum-sebelumnya, yakni sejak bangku sekolah.
Kalau saya boleh menyarankan, kebijakan pemerintah (terkait masalah kurang gizi) sudah dimulai sejak masih anak-anak," kata Profesor Evy.
"Jadi kalau pendidikan gizi dimulai tidak hanya sekedar makan makanan yang baik tetapi juga bagaimana cara mengonsumsinya buat anak-anak, kemudian kenapa itu harus penting," tambahnya.
Aplikasi untuk remaja
Baca Juga: Deretan Kode Rahasia Untuk Dapatkan Kuota Murah Telkomsel, Mulai 10 Ribuan untuk 1 Gb
Girl Effect dan Nutrition International telah meluncurkan penyebaran informasi tentang gizi kepada remaja perempuan lewat aplikasi Springster sejak tahun 2015 di 66 negara termasuk Indonesia.
Sampai sejauh ini pemakainya terus meningkat, sudah mencapai lebih 2,4 juta remaja yang diperkirakan meningkat dua kalinya pada bulan Mei 2019.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR