Advertorial
Intisari-Online.com – Seseorang terkadang harus mengalami kehidupan yang berat dan berliku sebelum tahu apa yang ingin dilakukannya.
Masa remaja yang suram juga bisa menjadi pengalaman dalam melakukan pekerjaan yang baik di masa depannya.
Kisah yang menginspirasi inilah yang dialami oleh Jo Barton (32 tahun) dari Essex, Inggris.
Saat remaja, Jo kurang pengawasan karena ibunya dirawat di rumah sakit akibat gangguan mental.
Akibatnya, Jo jadi urakan dan terbiasa mabuk-mabukan, hingga akhirnya dikeluarkan dari sekolah pada usia 14 tahun.
Karena ibu di rumah sakit dan ayah tidak diketahui keberadaannya, Jo terpaksa harus mencari makan sendiri.
“Masa remajaku benar-benar kacau. Aku keluar dari sekolah di usia 14 tahun, dan aku tidak tinggal di rumah. Aku pikir saat itu aku depresi, tetapi aku tidak tahu,” cerita Jo Barton kepada Essex Live.
Saat itu Jo dan kakaknya harus bertahan hidup sendiri dan tidak ada seorangpun yang memperhatikan kesejahteraan mereka.
Tanpa pengawasan, dengan cepat Jo menjadi ‘terkenal’ di kawasan tempat tinggalnya.
Namun, setelah bertahun-tahun hidup urakan dan depresi, Jo mencoba untuk putar haluan.
Ia mencoba hidup bersih dan mencari pekerjaan apapun.
Ia bercerita, pertama kali bekerja pada usia 17 tahun di sebuah restoran di Great Dunmow.
Pekerjaan itu hanya berlangsung selama 4 minggu karena ia adalah seorang pelayan yang buruk.
“Itu pekerjaan pertamaku, jam kerjanya panjang, dan mereka memecatku setelah 4 minggu,” cerita Jo.
Demi jalan agar hidupnya di arah yang baik, ia bekerja sebagai seorang pembantu di sebuah panti perawatan kesehatan.
Tanpa pendidikan, ijazah, dan riwayat pekerjaan, Jo beruntung bisa diterima di St Catherine’s Care Home itu.
Di tempat itu pula ia bertemu pasangannya dan hidup bersama selama 15 tahun kemudian.
Namun, dipecat dari pekerjaan pertamanya begitu cepat, rupanya meninggalkan bekas pada dirinya.
Itu sebabnya ia mencoba bekerja sebaik-baiknya. Matanya juga mulai terbuka.
Selama dua tahun bekerja di sana, Jo menyambi kursus bahasa Inggris dan matematika.
Ia juga mengikuti kelas untuk mendapat sertifikat di bidang perawatan kesehatan.
Rupanya, bekerja sebagai seorang tenaga pembantu di panti telah membuka matanya akan bidang tersebut.
Jo muda yakin inilah yang ia inginkan, yang ingin dikerjakan dalam hidupnya.
Setelah itu ia mengambil kerja paruh waktu di Rumah Sakit Putri Alexandra, dan mulai ikut kursus menjadi perawat.
Ia sadar tidak punya apa-apa untuk mendukung pendidikannya, namun ia hanya menjalani.
“Aku makan sekali dalam sehari dan itu efektif untukku bertahan hidup. Ada banyak masa ketika aku ingin menyerah tetapi bila aku lakukan, nanti aku tidak punya apa-apa,” kenang Jo.
Baca juga: Perempuan di Sulteng Ditelan Ular Piton: Ini Alasan Mengapa Ular Bisa Menelan Utuh Manusia Dewasa
Perjuangan Jo Barton pada akhirnya bisa berjalan baik.
Ia bangga bisa lulus setelah berjuang untuk bertahan dengan pekerjaannya selama 60 jam seminggu, dan padat dengan kursus.
Namun, bagi Jo yang kini sudah berbeda itu, pendidikannya belum lagi selesai.
Setelah melihat beberapa operasi, tujuan Jo selanjutnya adalah menjadi seorang dokter.
Seperti kita ketahui, bisa diterima di sekolah kedokteran adalah sebuah perjuangan.
Tetapi ternyata, Jo bisa diterima untuk mengikuti program pendidikan selama 6 tahun di St. George’s Hospital di London.
Setelah lulus pendidikan kedokteran di sana, Jo kembali ke Rumah Sakit Alexandria.
Di rumah sakit itu ia bekerja di ruang gawat darurat sebagai seorang dokter tentunya.
Sudah puas, kah, Jo Barton dengan kehidupannya yang baru? Ternyata belum.
Kini, ia sedang berancang-ancang untuk menjadi seorang dokter umum.
“Aku bagus menghadapi pasien depresi karena masa laluku. Aku bukan dokter rata-rata, aku cukup pengalaman, dan aku pikir itu membantu,” kata Jo.
Wanita muda itu telah melalui jalan berliku dan penuh rintangan karena ia tidak punya cara lain.
Bila saja ia dibesarkan dalam sebuah cara yang lebih tradisional, mungkin ia tidak menemukan panggilan hidupnya.
“Aku hanya ingin orang-orang tahu jika kamu berasal dari tidak punya apa-apa, masih ada pilihan bila kamu mau berusaha keras. Semuanya hanyalah fokus dan mengikuti pendidikan,” tutup dokter Jo Barton.