Baca juga: Sebentar Lagi Idulfitri, Beginilah Cara Menghitung Bulan untuk Menetapkan Lebaran
Agaknya peristiwa itulah yang membantu kita untuk selalu memelihara tali persaudaraan yang kuat.
Orang Amerika sering bertanya-tanya, mengapa sangat sedikit mahasiswa tugas belajar dari Indonesia yang membelot. Jarang sekali yang memilih menetap di rantau setelah menyelesaikan pendidikannya, walaupun tergiur oleh penghasilan yang tinggi.
Ada kawan yang mencoba menjawab bahwa Indonesia itu indah tiada tara. Tetapi itu barangkali hanyalah suatu rasa cinta tanah air yang berlebihan. Soal keindahan pemandangan, setiap negara juga memiliki panorama yang khas.
Menurut perasaan saya, rasa kangen pulang pada orang Indonesia lebih banyak ditentukan oleh suasana hangat kekeluargaan di rumah dan lingkungannya.
Ketika pada tahun 1969 berkesempatan mengunjungi AS lagi, saya menempati sebuah kamar di lantai atas sebuah hotel. Jika keluar ke lobi, tidak ada seorang pun tempat bersapa. Apalagi di kaki lima. Maka begitu selesai urusan pada hari benkutnya, saya mempercepat keberangkatan ke Raleigh.
Bac juga:Jangan Buru-buru Kalap, Ini Cara Mengelola Uang THR agar Kebutuhan Lebaran Terpenuhi dengan Baik
Di bekas tempat saya menuntut ilmu ini, saya menginap di rumah kawan, sepasang suami-istri yang sedang tugas belajar. Mereka juga membawa kedua anak mereka. Suasana kekeluargaan segera terasa, setelah tinggal di hotel selama tiga minggu di Inggris.
Pengalaman ini selalu kembali di pelupuk mata saya ketika selesai melaksanakan salat tarawih bersama keluarga. Agaknya, salah satu hikmah tarawih itu adalah mempererat hubungan kekeluargaan.
Karena hal itu terjadi dalam bulan puasa yang diakhiri dengan Lebaran, dengan sendirinya Lebaran menjadi peristiwa yang memperkokoh hubungan rumah tangga. Asal saja, hikmah yang diambil dari Lebaran itu bukan hanya peristiwa mengenakan pakaian baru, dan melakukan wisata ke tempat-tempat hiburan.
Enggan jauh-jauh
Selain membawa keuntungan, tentu saja keeratan hubungan keluarga dapat membawa mudarat. Salah satunya ialah sifat orang Indonesia yang senang tetap berkumpul dengan keluarganya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR