Perintah Nabi tersebut sangat praktis, sebab melihat bulan dapat dilakukan oleh setiap orang, tanpa harus mengetahui perhitungan dan data astronomis.
Dengan perintah tersebut, setiap menjelang awal bulan Ramadhan, kaum muslimin beramai-ramai mendatangi pantai, gunung, dan bukit yang diperkirakan mudah untuk melihat bulan sabit.
Mereka berusaha melihat bulan sabit tersebut pada tanggal 29 bulan Sya'ban (nama bulan . sebelum bulan Ramadhan) setelah saat matahari terbenam, sebab bulan sabit pertama akan nampak di sekitar arah matahari terbenam.
Jika bulan sabit tersebut nampak, maka malam itu dan keesokan harinya dihitung sebagai tanggal satu bulan Ramadhan.
Namun jika bulan sabit itu tidak dapat dilihat, maka keesokan harinya dihitung sebagai tanggal 30 bulan Syaban. Puasa Ramadhan dimulai sejak lusanya, tanpa melakukan usaha melihat bulan lagi.
Baca juga: Setiap Ramadan Mo Salah Mudik ke Kampung Halaman dan Melakukan Hal yang Bikin Hati Bergetar
Sering pula, usaha "mengintip" bulan ini dilakukan sejak dua hari sebelum tibanya bulan Ramadhan dengan maksud siapa tahu perhitungan tanggal mereka keliru dan bulan sudah muncul lebih awal daripada yang mereka perkirakan.
Usaha ''mengintip” bulan sabit ini, dalam Islam, dikenal dengan istilah rukyat hilal. Hilal adalah istilah bahasa Arab untuk bulan sabit yang timbul di awal bulan.
Kepastian masuknya Ramadhan diumumkan ke seluruh negeri secara lisan dan berantai. Pada saat masyarakat Islam masih belum tersebar luas, mereka dapat memulai dan mengakhiri Ramadhan secara bersama-sama, sebab berita tersebut dengan mudah dapat menjangkau seluruh masyarakat.
Namun ketika Islam telah tersebar luas maka timbullah permasalahan sejauh mana berlakunya berita berhasilnya rukyat hilal tersebut. Ada ulama yang berpendapat bahwa hasil rukyat hilal tersebut hanya berlaku lokal, sekitar 90 km.
Alasannya, kemungkinan untuk dapat melihat hilal selalu didahului oleh daerah-daerah yang lebih barat. Bisa terjadi, hilal sudah dapat dilihat di daerah sebelah barat namun mungkin belum terlihat dari daerah sebelah timurnya, sebab masih di bawah ufuk.
Baca juga: Puasa Selama 22 Jam per Hari, Ini Tantangan Ramadan yang Harus Dilalui Muslim di Islandia
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR